Formulir Kontak

 

Terjun ke Dewan Legislatif Mahasiswa



Berkecimpung di organisasi memang keinginanku dari SMA tapi karena aku belum berani, keinginan itu aku simpan dulu. Dan Alhamdulillah ketika tahun kedua pendidikanku di bangku perkuliahan, kesempatan itu datang juga. Awalnya aku ingin mengikuti organisasi untuk memenuhi syarat beasiswa yang ingin aku urus. Tapi aku gak menyangka temanku Wahyudi Ramadhani menawarkanku untuk ikut kampanye dan aku dengan persiapan dadakan, mencari informasi di internet perihal organisasi itu dan bertanya pada teman apa aja yang harus dipersiapkan. Pas hari H aku hadir dan ketika menyampaikan visi dan misi aku yang terpilih duluan. Oh tuhan? Kenapa harus aku yang pertama?
Dan Alhamdulillah kelar juga, meski sedikit nervous. Ya iyalah yang nanya aku itu Presiden BEM. Akhirnya dari 12 kandidat dari berbagai jurusan (Gizi, Kesehatan Lingkungan, Bidan Padang, Keperawatan Padang, Kesehatan Gigi, Keperatawatan Solok, dan Bidan Bukittinggi) terpilih 5 kandidiat lagi dan salah satunya aku. Ini makin tegang lagi yang nanya gak satu orang melainkan banyak, ada Ketua BEM, ketua HMJ/HMP masing-masing jurusan. Dan dalam kampanye itu Alhamdulillah dapat suara yang lumayan, dan aku dinobatkan sebagai Sekretaris 1 Dewan Legislative Mahassiswa. Meskipun peresmiannya sebulan setelah itu, tapi keinginan sewaktu SMA akhirnya tercapai juga.

Total comment

Author

Triana Irsyad


Judulnya sama persis dengan profil yang diterbitkan salah satu media cetak kota Padang Haluan. Mungkin karena jurnalisnya tau kalo aku suka banget sama yang namanya puisi. Suatu malam aku dapat telepon dari bang Andika-jurnalis tersebut. Dan ada beberapa pertanyaan yang diajukan salah satunya, udah berapa jumlah puisi yang aku buat? Aku menjawab dengan sangat antusias, “udah seratus lebih bang!” Dan lusanya hasil wawancara itu dimuat.
Ketika beli Koran aku terlambat, sudah kehabisan. Jadi aku minta tolong kakak untuk membeli korannya dan karena sibuk dia minta tolong sama temannya. Agak ribet juga yah, tapi aku senang profilku bisa muncul, dan semoga dengan adanya berita tersebut semakin memacu semangatku untuk terus berkarya. Do’ain ya .


Total comment

Author

Triana Irsyad


Nothing was easy and instant in this world. Yeah, maybe that one of word who can makes me more thinks that I must exercise to playing guitar, spare my time to learning some tutorials. I hope that was helpful. Learning by otodidak  was not as easy as you think. Cause you must prepare and more actif to building what will you get. It’s not easy, but if you sure about that, you must go on. It was happening to my mind. Okey, know is a process to increase my talent for playing guitar. It’s so hard I think. But you know what, my ambition can changes the bad of perception. I wanna be like a Maudy Ayunda. She was perfectly in guitar. I don’t know I will be as like as or not but I always to try. Wish me luck!

Total comment

Author

Triana Irsyad
Terimakasih Teman, Masih Mengingat Namaku Sudah Sangat Cukup

Kenapa aku memposting dengan judul di atas, mengingat selama SD hingga SMA ada kisah di balik itu semua dan yang paling unik ada yang “menjual” namaku agar diberi izin untuk pergi acara jalan-jalan sekolah. Terimakasih buat teman-teman yang menceritakan aku sama mama, ibu atau orang terdekat mereka.
Sewaktu SD:  Ketika datang ke rumah salah satu teman mau ngajak bareng pergi mengaji, aku mendengar dari luar rumahnya, temanku Yati bercerita tentang aku—yang ngelawak hari itu di kelas —hingga terdengar  tawa kedua orangtua dan saudaranya. Aku mau ketawa juga sih, tapi terpaksa nahan, takutnya dikira nguping. Well, mungkin waktu itu aku anggap biasa aja.
Sewaktu SMP: Sewaktu SMP ketika menginjakan kaki di kelas 2, teman sebangku-ku Ica bilang, “Ica nyeritain Iya (panggilan akrabku oleh sebagian teman) ke mama Ca.”
“Oh ya?” aku sedikit heran waktu itu, “cerita apa?” tanyaku penasaran.
Dia menjelaskan tentang xxxxx (maaf rahasia,hehe). Tapi kesimpulannya: sesuatu yang aku anggap biasa dan bisa di bilang gak terlalu berarti bagi aku, begitu berharga dan sangat membantu sekali baginya.
Hampir berkali-kali dia bilang soal itu tapi dengan topik yang lain. Dan berkali-kali juga mamanya menitipkan salam untuk aku. Dan sempat terpikir juga untuk main ke rumahnya karena pernah ditawari tapi niat itu aku urungkan. Dulu aku anak rumahan banget soalnya, pulang sekolah langsung menuju rumah—nonton pastinya,hehe.
Pas kelas tiga cerita dari teman yang beda lagi, kita mau mengadakan jalan-jalan sekalian untuk kegiatan akhir karena kita telah selesai melaksanakan UN (Ujian Nasional). Temanku ini anak mami banget, mau ke sini gak boleh ke sana gak boleh, apalagi jalan-jalan yang terkesan hura-hura. Kalau hilang gimana? Kalo terjadi kenapa-napa gimana?? —mungkin itu pertanyaan bertubi-tubi di layangkan kepada dia. Dan suatu pagi dia dengan tampang lusuh bertanya” Tia ikut jalan-jalan sekolah?”
Aku menjawab spontan, “iya, kenapa? Ani?” tanyaku penasaran.
“Gak dibolehin,” jawabnya lemas, “Cara minta izinnya gimana?” Tanyanya serius.
Kalau aku sih karena minta izin jalan-jalannya sekali dalam tiga tahun berkemungkinan besar dikasih izin. Dengan alasan meski aku suka jalan-jalan, aku malas karena tidak terlalu banyak teman yang ikut. “Tapi moment ini berbeda, ini jalan-jalan terakhir  SMP angkatanku, pastinya banyak yang ikut.  Tapi gimana dengan nasib temanku ini?” bathinku.
Sejenak aku berpikir, dan ketemu jawabannya.” Papa Ani kan kenal sama papa Ya, bilang aja gini ‘si Tia dibolehin ikut sama papanya, masak Ani gak boleh?’
Dan berhasil ternyata saudara-saudara, mungkin cara merayunya tidak persis dengan yang aku ajarkan tapi setidaknya memiliki tujuan yang sama yaitu ‘dapat izin’. Haha, setidaknya peranku ada di sini, anak dari bapak Irsyad. Kalau bukan anak beliau tentunya temanku gak bakal dapat izin.
Sewaktu SMA:  Ceritanya hampir sama dengan kejadian diatas, masih dengan orang yang sama. Lagi-lagi menjual nama aku. Well selagi itu baik, ya gak apa-apa.
Sewaktu tamat : seperti yang aku ceritakan di postingan sebelumnya, teman SD-ku yang bernama Agus juga pernah bercerita tentang aku sama ibunya. Kalo mau baca silahkan di sini

Yang dapat aku simpulkan di sini adalah setiap tindakan kita yang berupaya untuk membantu, jangan lihat dari balasannya, tapi tuluslah untuk melakukannya (sok bijak saya).
Makasih teman-teman, setidaknya mengingat namaku saja itu sudah sangat cukup.

Total comment

Author

Triana Irsyad


Hari ini tepatnya tgl 19 Maret 2013 aku bertemu sama ibu temanku. Dia bertanya dengan sedikit ragu-ragu,”Temannya Agus kan?” sejenak aku berpikir, Agus mana ya?
Well, karena aku tau sama ibu ini, ingatanku langsung terfokus ke Agus teman semasa SD-ku. Kita temenan baik meskipun tidak terlalu sering bermain bersama, dan sampai akhirnya dia memustuskan untuk berhenti sekolah di kelas 5 SD. Temanku ini berasal dari desa sebelah.
Semangat belajarnya bisa dibilang cukup bagus, dia berjalan kaki setiap mau berangkat dan pulang sekolah. Mungkin untuk orang-orang ini hal yang biasa. Tapi bagiku Agus adalah anak yang cukup kuat, kenapa? Karena dibalik keterbatasan fisiknyabentuk kakinya yang kurang sempurna karena terjadi pembengkakan di tempurung lututnya membuat berjalannya sedikit terganggudia terlihat bersemangat setiap paginya.
Aku yang sekarang sudah berusia 21 tahun tidak bisa terlalu mengingat persisnya lagi tapi yang pasti kami berteman baik. Dan tadi ibunya berkata bahwa Agus meninggal lebih kurang dua bulan yang lalu beberapa hari sebelum masuk tahun 2013. Aku langsung mengucap innalillah.
Ibu Agus berkata lagi, Agus pernah bercerita tentang aku dan yang bikin speechless ibunya ingat nama aku— “Tri kan?” ibu itu bertanya namaku.
Kira-kira kapan Agus bercerita sampai si ibu masih mengingat namaku pagi ini. Sedih bercampur bahagia yang kurasa. Sedih karena aku baru saja mendapat kabar kemalangan ini, dan bahagia karena Agus masih mengingatku dan sempat bercerita tentang aku sama ibunya.
Alhamdulillah yang diceritakan yang baik-baik tentang aku, salah satunya” dulu Tri sayang sama agus Mak”. Mungkin maksud sayang adalah perhatian dan tidak mengasingkan dia sama sekali. Aku menunduk, mencoba mengingat-ngingat kembali masa lalu. Ternyata dalam berteman meski masih terbilang kecil ada yang memperhatikan cara berteman kita dan mungkin salah satunya teman kita sendiri. Aku sadar setiap orang yang berada di sekelilingku melihat dan mengingat sikapku, selama aku bersikap baik tentu akan diingat, selama aku bersikap buruk tentu akan diingat juga. Sambil di atas motor menuju rumah aku merasa tersentuh dengan ucapan ibu Agus.Selamat jalan Agus, terimakasih masih mengingatku.

Total comment

Author

Triana Irsyad