Formulir Kontak

 
Buat teman-teman yang lagi skripsian, terutama teman-teman gizi, ini langkah-langkah buat ngurus ini itu ya. Mudah-mudahan bermanfaat. Semangat!!
Langsung ke gambar aja ya, soalnya udah cukup jelas kayaknya. O ya, pertama-tama mau ngucapin makasi ke partner kece saya, Rinda Damayanti, sudah mau menuliskan alurnya dengan ciamik. hehe

Ok, mari kita mulai





 Dan ini syarat-syaratnya:

Total comment

Author

Triana Irsyad


Cinta bukan sekedar basa-basi belaka ataupun berpura-pura. Bukanpula mengikuti trend dan gaya. Tapi lebih kepada perasaan yang muncul tiba-tiba dan  terkadang tidak bisa diterima logika. Well, ini mungkin pula yang dirasakan dua anak SMA yang baru saja tengah menjalani MOS (Masa Orientasi Siswa). Meskipun hanya berselisih pandang, tapi ibarat pelajaran fisika, getaran-getaran itu merambat ke dalam sukma. Dan dunia hanya jadi milik mereka berdua. Oh tidak, kalo ketiban durian runtuh mereka nyadar gak ya? Peduli amat.
Masih bicara soal cinta dan masih di sekolah yang sama tentunya. Kita lihat dulu cowok yang sedang nongkrong di kantin ini. Namanya Reza Rahardian , cowok yang super cool seantero kelas di sekolah ini beda lagi masalahnya. Si doi lagi ngincar anak baru di tengah-tengah aksinya sebagai ketua OSIS yang bertugas dalam memperkenalkan dirinya, eits sorry memperkenalkan sekolah maksudnya.
Setiap kegiatan yang sudah terencana beberapa bulan yang lalu berjalan dengan baik. Bukan reza namanya kalau acara tidak sukses. Reza adalah anak yang gemar dengan organisasi di sekolah. Kegemarannya ini bermula sejak SMP yang kala itu dia diajak teman untuk mencalonkan diri menjadi ketua OSIS, dan akhirnya ia terpilih.  Dengan wajah yang cukup tampan dia mulai tenar dan cewek-cewek rela ngantri untuk mendapatkan hatinya. Merasa di puja-puja, Reza menjadi ketagihanan untuk selalu terjun di organisasi. Sungguh niat yang tidak baik.
Oke, kita sudah membahas ketua OSIS dan dua anak baru yang tengah kasmaran. kebetulan sekali ternyata cewek itulah yang membuat Reza kesemsem. What? Celakalah bagi si cowok yang gak jelas namanya itu, menaksir si cewek yang telah diketahui bernama Acha Septriasa karena  dengar-dengar setiap cewek yang jadi target Reza selalu takluk dengan jurus rayuan Reza.
Setelah tiga hari menjalani MOS, akhirnya anak-anak baru mulai bebas menarik nafas lega. Dan ternyata Acha sekelas sama cowok yang bikin dia berdebar-debar, namanya Irwansyah, namanya ngartis banget ya? Tapi itu kan terserah emaknya, manatau emaknya emang ngefans berat sama penyanyi dan pemain film yang satu ini. Atau kebetulan nama bidan yang membantu persalinan namanya Irwansyah? Hah, bidan namanya Irwansyah? Bukan-bukan, manatau nama suaminya. Atau….., wah,wah,wah  ribet amat sih. Kalo mau tau temui aja emaknya.
Tapi tunggu,tunggu. Perasaan dari tadi tokoh-tokoh yang kita bahas semuanya pake nama artis deh, tapi kok cuma Irwansyah yang diributin darimana asal namanya? Mau tau kenapa? Ternyata nama itu bukan diambil dari idola para emak-emak tokoh yang diangkat di sini ataupun nama suami para bidan, tapi emang di wajibkan buat tulisan kali ini.. Haha, akhirnya saya membocorkan.
Balik lagi ke pembahasan awal, dari hari-kehari mereka semakin akrab aja. Kemana aja bersama. Ke kantin bersama, belajar bersama dan ke perpustakaan bersama. Semuanya ‘hampir’ selalu bersama. Saya tulis hampir ya, jadi jangan mikir yang aneh-aneh. Bahkan teman sekelas udah menganggap mereka sepasang kekasih, padahal mereka cuma teman dekat ngakunya.  Dan yang jadi pertanyaan, apakah mereka akan jadian? Jawabnya ‘iya’. Sebagai orang yang ikut andil banyak dalam cerita ini boleh dong dikasih sedikit kebebasan?
Nah gimana dengan Reza? Dia gak mau mundur gitu aja dong, buktinya dia pernah mengajak Irwan untuk berbicara empat mata. Waktu itu pas jam pelajaran Kebiasaan banget nih anak bedua suka keluyuran pas jam pelajaran tapi yang bikin suasana menegangkan adalah ketika Reza memanggil  Irwan untuk bicara serius. Dan tau apa yang dikatakannya?
Dia berkata,”Hei, lu anak kecil jangan belagu dan sok kegantengan. Si Acha adalah cewek incaran gue dan gue pasti bakal dapetin dia.”
 Irwan yang waktu itu menganggap santai ucapan Reza hanya cuek walaupun ada sedikit rasa takut melihat mata Reza yang mau copot takut kalau itu benar terjadi dia, akan di penjarakan. Meskipun sudah diperingatkan, Irwan tetap aja bersikap seperti biasanya kepada Acha.
Kedekatan Irwan dan Acha semakin kuat terlebih ketika Acha memberikan surprise party buat irwan. Tepat di malam minggu Acha mengajak Irwan untuk main ke rumahnya. Dan meskipun belum pukul dua belas malam, acha memberikan surprise ketika Irwan pamit pulang .
Dan sewaktu Irwan hendak menaiki motor ninja kesayangan, kunci motor itu langsung di tarik Acha.
Dan TRARRARAR, SURPRISEEE…………..!!!!!
 Dan rombongan banci berlari menuju Irwan. Irwan di peluk erat oleh para banci dan bikin acha terkekeh gak berenti. Gak kebayang gelinya Irwan ketika itu dan belum sempat kue yang udah dipersiapkan Acha dikeluarkan, si Irwan udah kabur duluan dengan taksi menuju rumahnya. Bisa di bilang surprise-nya setengah gagal setengah berhasil.
Setelah beberapa bulan surprise itu, memang mereka semakin dekat tapi  berhubung status mereka hanya sebatas sahabat saja, Acha udah bosan nunggu Irwan nembak dia. Dan kebetulan Reza mengajak Acha buat makan di kantin dan ia mau aja diajak Reza untuk makan bareng. Bukan dikarenakan Acha suka, tapi lebih bertujuan untuk manas-manasin Irwan biar cemburu. Tapi orang yang jadi target gak nyadar tuh.
Dan sudah dua bulan juga berlalu kedekatan antara Acha dan Reza, tapi hal yang sama dilakukan Reza. Acha jadi mikir, Kenapa orang dekat sama dia gak pernah nembak dia. Selalu hubungan tanpa status. Dan akhirnya terjawab juga. Ternyata Reza hanya mainin perasaan Acha. Acha yang dulu pernah cuek ketika MOS dulu sengaja dibalas dimainin sebagai pembalasan sakit hati. Dan ternyata oh ternyata, Reza itu udah punya cewek di sekolah lain. Acha langsung nangis pas tau kenyataan itu. Padahal perlahan-lahan ada rasa pada Reza.
Kalau irwan lain lagi, memang benar ia sayang sama Acha. Tapi itu cuma sebatas sayang pada sahabat. Bahkan Irwan menganggap Acha sebagai saudara kandungnya sendiri. Gak lebih. Perhatian Irwan yang berlebihan dianggap sebuah perhatian khusus bagi Acha. Padahal Acha mengharapkan lebih, tapi mungkin menunggu waktu, pikir Acha.
 Meskipun sudah jelas bagaimana perasaan Irwan kepadanya, tapi Acha selalu ingin terus bersama Irwan. Seperti udah di bilangin sebelumnya, kemana aja bersama, ke kantin bersama, belajar bersama dan ke perpustakaan bersama.
Hal baru yang bikin Irwan merasa bete adalah sekarang acha tiap kali shoping ngajak dia terus. Tau dong gimana kalau cewek se-fashion Acha belanja, selalu ngincar apapun yang ia liat di majalah. Ribet deh pokoknya. Tapi karena Irwan sayang banget sama Acha, kemanapun akan ia antarkan. Asalkan jangan minta diantarkan ke kebun binatang aja. Si Irwan anti banget sama yang namanya kebun binatang,  pernah trauma soalnya. Bajunya di tarik seekor monyet sampe dia nangis-nangis minta pulang. Itu kejadian udah lama banget sih sebenarnya, tapi bikin trauma.
Dan ada lagi satu tempat yang bikin Irwan anti banget, ini lebih parah daripada mesti nemenin acha ke kebun binatang, dimana coba? Di tempat kumpulan para banci. Itulah penyebabnya kenapa sewaktu surprise party waktu itu Irwan kabur gak tau kemana.
Meskipun sejak peristiwa itu Irwan sempat di diemin Acha tapi itu gak lama kok. Mereka baikan lagi. Dan malah semakin akrab. Irwan membalas Acha dengan mengadakan surprise party juga tepat di hari ulang tahunnya yang ke-16 tahun lalu. Irwan yang waktu itu dibantuin Adipati, berhasil mengerjai Acha.
Kado yang berisi puluhan ekor kodok berhasil membuat Acha jingkrak-jingkrakan seperti kodok, menjerit setengah mati dan langsung kabur. Saking gak tau mau lari kemana dia lurus aja dan alhasil masuk kolam renang dan yang paling parahnya Acha gak bisa berenang. Kalau saja ia tidak sempat di tolong gak tau deh bakal gimana nasib anak yang satu ini.
Pengen tau apa yang membuat ulangtahunnya yang berkesan banget padahal udah dikerjai amati-matian oleh irwan? Yaitu penyelamatan Irwan yang super sigap bikin suasana mencekam jadi romantis abis. Dan sejak saat itulah Acha mulai merasakan getaran awal kali bertemu itu muncul lagi.
Kenapa dikatakan getaran itu terulang? Karena sempat getaran itu tersendat dan menghilang gitu aja karena  sikap Irwan yang super gak sensitif sama perasaan Acha. Tapi kalau ditanya siapa teman yang paling care sama dia, Acha langsung menjawab seratus persen Irwan tentunya. Meskipun gak sensitif tapi dia care banget sama acha yang sadar atau gak bikin Acha jatuh hati.
O ya di awal cerita saya bilang dua orang ini bakal jadian, tapi udah mau ending kok belum juga jelas status mereka? Mungkin ada yang nanya seperti itu. Saya juga baru ingat nih, hehe (sengaja lupa sih sebenarnya). Tapi sesuai peraturan, kisah ini adalah hubungan tanpa status. Gak merasa bersalah banget ya? Tapi saya minta maaf deh. O ya ada satu hal yang ingin saya lakukan setelah menyelesaikan fiksi ini, “kabuuurrrrrrrrr”. Takut di gebukin para pembaca karena ingkar janji, hehe. Peace!

Total comment

Author

Triana Irsyad


Maudy menghirup nafas dalam-dalam, aroma daun yang ia cintai. Membentang luas. Sejenak dia memejamkan mata dan merasakan semilir angin membelai lembut rambutnya, hingga bergantian dengan kawanan angin selanjutnya. Ia sangat menikmati suasana pagi ini. Dian, kakaknya berada beberapa langkah di belakangnya.  Maudy yakin kak Dian juga tengah menikmati pemandangan ini. Maudy membentangkan tangan. Benar kata mama. Di sini sangat berbeda, bathinnya berbisik.
“Bukankah di sini kita akan lebih baik? Dengan semilir angin yang tidak ragu menyapa ramah, dengan pucuk-pucuk hijau dalam kemasan lukisan terdampar. Lihat pula penduduk berjalan dengan bakul yang setia digendong di belakang. Setiap pagi hingga sore kita bisa bercengkrama dengan rombongan daun penghuni bukit ini. Sesekali aku akan bawa kakak berada di tengah-tengah hamparan yang menghijau. Oh tidak, bukan sekali-kali maksudku, kapanpun kakak mau aku akan mengantarkan kakak ke lukisan yang mempesona ini. Kakak senang dengan tempat ini? Kalau tidak, aku akan mencarikan tempat lebih baik. Bagiku tak apa kita berpindah hingga seribu kalipun, asalkan kakak bisa tersenyum setiap paginya. Kakak kenapa diam saja? Kakak marah karena aku memilih tempat ini? Atau kakak lebih memilih tempat lain? Aku akan mencarikan. Bilang saja.”
Maudy kemudian memutar badannya dengan senyuman yang masih mengambang dan seketika kecut karena ia tidak menemukan kak Dian yang seharusnya masih berada di belakangnya. Dengan sedikit was-was, ia berlari ke dalam dan memeriksa setiap sudut rumah. Rasa khawatir semakin bergejolak ketika orang yang di cari tidak ditemukan. Ia kembali ke halaman dan bertanya pada seorang yang bisa dibilang tidak ia ketahui namanya.
“Maaf, kamu melihat kakakku yang pakai kursi roda lewat di sini?”
Pemuda itu tersenyum, sambil menunjuk sedikit ke arah hamparan kebun teh. “Itu kakakmu?”
Maudy menarik nafas dalam-dalam. Akhirnya menemukan orang yang di cari. Entah kenapa kak Dian begitu cepat menghilang.
“Kenapa kamu membawa kakakku ke sini?” emosi Maudy agak tertahankan. Lelaki ini mencoba menculik kakakku. Apa yang ia inginkan? Tebusan? Mentang-mentang kami masih baru di sini makanya seenaknya dia menipu kami?
Sepertinya lelaki ini bisa membaca raut was-was yang dirasakan Maudy. Semua isi kepalanya seolah terbaca dengan jelas.
“Sssttt, aku gak maksud menculik kok. Kalo aku mau menculik buat apa coba? Minta tebusan? Mentang-mentang orang baru makanya aku nipu seenaknya? Gak lah. Aku pengen liatin pemandangan luar biasa ini kepada  Dian,” ucapnya santai.
Apa? Orang ini bahkan tau nama kakakku? Bukannya ini kali pertama mereka berjumpa? Jangankan sempat ngobrol, aku kan baru beberapa menit kehilangan jejak kak Rena.
“Kamu siapa?” tanyaku Maudy ragu-ragu
“Aku Adi— Adipati Nugraha, teman SMP Dian. Udah lama banget aku gak bertemu dia. Berhubung kemaren pak lurah ngasih tau ada pendatang baru di kampung ini, dan kebetulan namanya sama persis dengan teman SMP-ku, makanya aku datang ke sini. Dan ternyata benar dugaanku, dunia memang sempit ya. Dan kamu adiknya Maudy Ayunda kan?”
Belum sempat Maudy menjawab, kak Dian memanggil. Ternyata kak Dian tau kedatangan Maudy. Dari kejauhan Dian melambai tangan dengan senyuman merekah. Maudy tak mengerti dengan sikap kak Dian kali ini. Sepertinya kak Dian sudah begitu bersahabat dengan alam ini, tidak seperti kali pertama menapaki tempat-tempat baru.
Maudy berjalan mendekati kak Dian yang duduk di kursi roda. Dia menyaksikan keakraban Adipati dengan kak Dian. Adi berceloteh dan mencoba mengingat kembali masa-masa SMP mereka yang telah terlewati. Dan mungkin inilah saat yang tepat untuk membiarkan kak Dian kembali bisa tersenyum. Bukan berarti kak Dian tidak pernah senyum selama ini, namun untuk tersenyum lepas seperti itu sudah sangat lama sekali ia tidak melihat. Mungkin akibat kecelakaan yang terjadi dua tahun silam yang menyebabkan kak Dian lumpuh total. Dan semenjak itu jugalah, Maudy merasa bertanggung jawab untuk membantu apapun yang ingin di kerjakan kak Dian.
Ia kembali melangkah menuju rumah. Hanya berselang beberapa langkah, ia dicegat kak Dian. Dan terpaksa ia harus duduk bersama kak Dian dan Adipati, yang sekarang ia panggil bang Adi. Bukan karena ia tidak senang kondisi saat ini, melainkan ia hanya berniat untuk membiarkan kak Dian berduaan dengan bang Adipati—ingin melihat kak Dian tertawa lepas dari kejauhan.
Hari-hari terlewati dengan menyenangkan di sini. Hampir setiap sore bang Adipati yang berstatus mahasiswa jurusan sastra yang juga berprofesi sebagi pemetik teh, singgah ke sini hanya untuk bertamu sejenak. Dan lambat laun pula entah apa yang dirasakan Maudy kepada cowok bermata coklat ini. Tapi dalam waktu bersamaan kak Dian juga merasakan apa yang dirasakan Maudy. Tapi diam-diam kak Dian menyusun rencana.
“Hai maudy!”
Ketika tengah asyik menyiram bunga-bunga koleksi mereka, Maudy dikejutkan dengan sapaan yang terdengar tidak asing lagi.
“Kak Dian ada di dalam, aku panggilin dulu ya”
“Gak usah. Maksudku nanti saja. Aku sebenarnya pengen ngomong sama kamu,”
“Tentang apa?” Maudy penasaran
Pertanyaan Maudy tidak di jawab oleh Adi, sesaat kemudian kak Dian keluar tersenyum melihat tingkah aneh mereka berdua. Kak Dian menyarankan agar mereka menghirup udara segar di luar. Dan meskipun sedikit canggung. Mereka menuruti ide kak Dian.
Jalanan memang panjang, tapi jika kita hanya berdiri dan keliling-keliling di situ saja tidak akan terasa jalanan itu panjang dan indah. Dan keindahan itu akan terasa kalau kita telah melewati lika-likunya.
Adipati sewaktu di tengah jalan pernah berucap begitu tapi entah apa maksud ucapannya itu, membuat Maudy tak mengerti.  Dan sepulang dari pasar Maudy langsung menceritakan setiap kejadian pada kakak yang sangat ia sayangi ini. Dian sebagai kakak hanya tertawa melihat tingkah laku Maudy.
Setelah beberapa bulan mereka pergi jalan dan belum juga Maudy di tembak oleh Adipati, bahkan dua bulan belakangan ini Adipati seolah menghindar dan jarang bertamu lagi. Maudy mencurahkan semua yang ia rasakan kepada kak Dian dan berbagi tentang bathinnya yang semakin meragukan apakah Adipati serius menganggapnya orang yang spesial atau hanya sebatas teman. Dan sebagi kakak, Dian terus meyakinkan Maudy bahwa Adi sungguh-sungguh.
Akhirnya tiba juga waktu yang ditunggu dan dinanti-nantikan Maudy. Suatu pagi ketika aroma teh masih merebak meniupkan asmara-asmara yang dirasakan seorang gadis pendatang di desa. Adi datang membawa sekuntum bunga favorit Maudy, mawar putih. Dan ketika mengajak Maudy jalan untuk kesekian kalinya, Adipati akhirnya mengungkapkan perasaannya kepada Maudy. Soelah dedaunan teh ikut menari mendengar bisikan hati Maudy yang tengah merekah. Ia berbisik, kak dian benar, akan ada waktunya.
Saat bersih-bersih rumah, Maudy tidak sengaja menjatuhkan buku diari kak Dian— awalnya dia tidak bermaksud untuk membacanya. Karena terselip bunga anggrek, Maudy berniat untuk melihat anggrek itu saja, tapi tidak sengaja ia membaca halaman curahan hati kak Dian yang ditujukan pada Adipati. Meskiput tanggal surat ini sudah satu tahun yang lalu. Itu berarti kak Dian lebih dulu merasakan getaran cinta kepada Adipati.
Maudy sedih dan sangat merasa bersalah. Takut kak Dian mengetahui, ia merapikan buku itu kembali. Ia dengan sigap membersihkan rumah, berharap setelah ini ia bisa bertindak sesuatu. Tapi apa? Dia masih bingung dengan perasaan yang berkecamuk di hati dan pikirannya.
Siang itu setelah berberes-beres ia langsung meninggalkan kak Dian tanpa pamit. Sedang kak Dian tengah asyik di belakang membersihkan pot-pot bunga yang telah di tumbuhi rumput liar. Ia berjalan dengan cepat, berharap kak dian tidak menyadari kepergiannya. Ia pergi dengan hati bingung dan tak tau apa yang harus ia lakukan.
“Jadi kamu sudah tau?”
“Maksud kamu?” Maudy bingung dengan pertanyaan yang diajukan Adipati setelah ia menceritakan isi diari itu.
“Aku juga pernah tidak sengaja membaca diari itu sewaktu berkunjung ke rumahmu, dan mungkin itu jawaban mengapa aku sempat menghindar dari kamu. Aku tidak mau menyakiti perasaan Dian,” Adipati menunduk lemas.
Maudy semakin bingung dengan semua ini dan berharap Adipati dapat memberikan solusi yang terbaik.
“Kamu tau? Setelah berbulan-bulan itu aku menjauhi kamu, Dian meneleponku dan bertanya kenapa aku menjauhi kamu. Dan Dian menceritakan kamu tengah dirundung harap aku akan kembali.” Pilihan ketika itu bagai memakan buah simalakama bagi Adipati. Satu sisi ia mencintai Maudy dan di sisi lain ia tidak mau menyakiti hati Dian.
Siang itu Maudy tidak berlama-lama mengingat dia pergi diam-diam dan ketika balik ia bersyukur kak Dian masih sibuk dengan bunga-bunga mereka. Dia bersikap sewajarnya seolah tidak terjadi apa-apa namun tidak ketika jam tengah makan siang berlangsung.
“Kamu baca diari kakak ya Maudy?”
“Nnng.” Maudy ragu-ragu menjawab, “ Iya kak. Aku benar-benar gak sengaja, maaf kak,” Maudy menunduk merasa bersalah.
“Maaf? Sebenarnya kakak yang harus minta maaf, kakak tau apa yang kamu rasakan. Marah, benci, kesal setelah tau pacar kamu ditaksir oleh kakak kamu sendiri. Tapi percayalah. Itu dulu.”Dian menangis dan menunduk.
“Aku percaya kok kak,” Maudy berdiri dan memeluk kak Dian. Dan di saat bersamaan datang Adipati. Dia menceritakan bahwa tidak sengaja pernah membaca diari Dian, saat bercerita ia benar-benar merasa bersalah karena tanpa izin. Dan benar kata kak Dian, perasaan itu hanya berlaku dulu. Ternyata diam-diam  kak Dian memiliki teman spesial bernama Reza. Sore ini mereka berempat akan berkumpul untuk sekedar bercerita dan menghirup udara segar hamparan teh yang luas.
Jalanan memang panjang, tapi jika kita hanya berdiri dan keliling-keliling di situ saja tidak akan terasa jalanan itu panjang dan indah. Dan keindahan itu akan terasa kalau kita telah melewati lika-likunya. Begitu pula dengan hati dan cinta.

Total comment

Author

Triana Irsyad


Inspirasi itu menari-nari di pelupuk otak
menyuguhkan santapan hebat untuk membangun
imajinasi tentang masa-masa mendatang
kuseduh kutekunan dan kerja keras yang terbangun kental
dalam pesonanya bagiku
untuk energi peraih mimpi menggapai bintang
dengan liku jalanan yang masih panjang
dan percaya, hak sukses melekat dalam
biarkan ia (hati) bersemayam sebagai pengagum terlebih dahulu
biar kelak masa-masa yang terindukan dapat digenggam, erat
sesaat aku sebelum mulai lelah dan pasrah
biar lepaskan keringat-keringat lengket dengan perjuangan
nafas yang kreatif dan punya timbangan seimbang antara otak kiri dan kanan
elok sebagai pelajar, berprestasi
dahsyat pula sebagai seniman dan musisi
oh, andaikan keseimbangan itu berpihak pada nafasku

tentu aku mengasahnya terlebih dahulu,  sebelum perang

Total comment

Author

Triana Irsyad