Formulir Kontak

 

Ada Kekhawatiran

Menjalani kehidupan yang tidak sesuai dengan harapan orangtua dalam artian bukan berada di zona aman (menurut mereka) ada kalanya membuatku merasakan kekhawatiran. Apakah ke depannya ini akan menjadi baik atau sewaktu-waktu kembali jatuh. Aku takut berada di lobang keterpurukan itu (lagi). Aku tidak kuat. Tidak tau juga kepada siapa kan mengadu. Bahkan ketika berada jatuh saat itu, ada kekesalan kepada Tuhan. Merasakan ketidakadilan. Padahal ibadah rasanya cukup dilakukan. Pada akhirnya aku menyimpulkan, imanku belum cukup kuat menerima cobaan. Imanku masih sangat perlu dipertebal.

Aku takut, ketika dalam keadaan jatuh itu semua mata kembali melirik sebelah. Aku malu, aku takut dan hancur.
Aku tidak terlalu terbuka untuk bercerita kegagalan. Takut ditertawakan dan dicemooh. Takut dikatakan "makanya mimpi jangan ketinggian!" (mereka-mereka yang hanya peduli akan hasilnya saja).
Aku takut aku membenci Tuhan dan melupakan kebaikanNya. Aku khawatir akan melakukan hal-hal yang tidak sesuai norma sebagai bentuk perlawanan atau pergolakan. Aku khawatir tidak sehebat orang di luar sana dalam menghadapi permasalahan hidup yang begitu rumit. Tuhan, jangan ajak aku kembali ke dalam kegagalan dan keterpurukan. Aku akan bersyukur dengan kehidupan sekarang dan akan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari hari ke hari.

Total comment

Author

Triana Irsyad

Rata-rata aku memiliki sahabat yang memiliki karakter penyabar (banget).
Dengan kebawelan yang kumiliki, aku kira tingkat kesabaran mereka memang luar biasa.
Sebagai contoh:
Ketika aku ingin mengetahui tentang "X", atau ingin mendapatkan informasi lebih banyak mengenai "xyz"
Atau menanyakan rute perjalanan.
Mereka dengan detail menjelaskan.
Sempat aku bertanya, "kamu keren tau rute kemanapun. Udah hafal ya?"
"Enggak kok, aku googling." Jawabnya
"Loh iya?"
"Iya"
"Kenapa gak langsung nyuruh aku googling?" Tanyaku lagi
"Kamu kan nanya ke aku, ya aku coba cari"
Dengan mata berbinar-binar aku menatap ekspresi dia yang santai banget...
Unch, unch, aku gak salah pilih sahabat deh (suara hati)

Dan aku mencoba menanyakan hal serupa ke beberapa orang, ketika dia gak tau dia langsung nyuruh "googling aja sih kan udah zaman now"

Perbedaannya nampak kan?

Bukan berarti yang nyuruh aku googling gak jadi sahabat aku. Setidaknya ada poin plus dari mereka yang menyempatkan meluangkan waktu untuk kita bukan? Makin sayang deh.

Total comment

Author

Triana Irsyad

Aku menghargai persahabatan, karena kutau tidak butuh waktu yang sebentar dalam membangun yang demikian.

Hai, selamat malam.
Aku ingin bercerita, kudoakan dahulu semoga kamu dalam keadaan bahagia.

Aku paling senang menanyakan bagaimana pendapat orang-orang yang baru kukenal terhadap diriku.
Ada banyak pendapat. Yang selalu sama kudengar dari mulut mereka adalah aku terlihat tidak terlalu peduli dengan orang yang pertama kukenal.
Peduli padahal, namun mungkin belum terlalu peduli. Sebab aku belum mengenal dan tidak tau bagaimana menunjukkan kepedulian terhadap mereka, takut dibilang sok care.

Ada juga yang bilang, aku agak pemilih dalam berteman, dalam artian terkadang menghindar ketika didekati, atau terlihat tidak peka, atau juga mencari-cari alasan untuk tidak bertemu.
Percayalah, aku bisa merasakan bagaimana tatapan orang ketika berbicara denganku. Salah satunya terlihat ketika ia ingin menjadi bagian terpenting dalam hidupku (sahabat).
Bukannya terlalu pemilih, tapi menyeleksi dalam rentang waktu yang tidak sebentar adalah caraku untuk bisa mengetahui karakter mereka yang sesuai denganku.
Kalau ada yang bertanya mungkin aku gak akan sedetail ini menjawab, tapi kucoba menjelaskan beberapa alasannya di sini:
1. Aku pernah dikecewakan oleh seseorang yang pernah kuanggap sahabat.
Mungkin dia tidak menganggapku sahabat (ok, aku kepedean).
Aku menceritakan hal-hal personalku ke dia, pun sebaliknya. Tapi tiba-tiba dia menjauhiku, menghindar, dan memblokir sosial mediaku tanpa kutau penyebabnya.
Ketika bertemu terlihat biasa saja, seolah tidak terjadi apa-apa (sebelum aku sadar bahwa aku diblokir). Pernah aku menanyakan kenapa aku diblokir? Pesanku hanya dibaca tapi tidak di balas. Setidaknya memberi penjelasan adalah salah satu cara menyelesaikan permasalahan. Dan efeknya aku jadi agak was-was jika berteman dengan seseorang yang berasal dari daerah yang sama dengannya. Maaf, jika aku terlalu naif.
Pada akhirnya aku tau, dia mendekatiku hanya karena penelitiannya agar berjalan lancar. Ok fix. Wassalam

2. Beberapa orang mendekatiku karena alasan jabatan orangtuaku.
Sebenarnya gak masalah (mungkin aku dianggap lebay). Tapi aku tidak merasakan ketulusan jika faktanya demikian.

3. Ada juga karena kondisi finansialku (lagi-lagi faktor orangtua). Aku tidak merasakan ketulusan (2)

4. Karena prestasiku.
Prestasiku belum terlalu banyak, jadi please jangan jadikan alasan untuk mendekatiku. Haha

Tapi aku percaya bahwa setiap manusia pada dasarnya baik dan benar kata temanku, tidak ada salahnya untuk membuka diri terhadap siapa pun. Pada akhirnya yang baik akan bertahan dan yang kurang baik akan mundur teratur.

Terima kasih atas masukannya, semoga kedepannya aku menjadi pribadi yang lebih baik dan akan lebih terbuka untuk menjalin persahabatan dengan siapa pun jua.

*Terkadang alasanku menulis adalah karena tidak bisa menceritakannya langsung secara lisan. Terlalu menyita waktu, terlalu ke-aku-an, dan terlalu melibatkan banyak orang.

Sekian... :)

Total comment

Author

Triana Irsyad