Allah,
terima kasih engkau telah memanjakan kami dengan pesona alammu.
Minggu
14 desember 2014 adalah hari dadakan dan superrrr buru-buru. Haha
Pukul
08.30 saya di whatsapp Zakia.
Tri mau ikut susur goa?
Jam 9 di Ciampea.
Aku
langsung nanya
Sama siapa?
Lansung
dibalas
Sama anak-anak
cakrawala.
Aku langsung mau, padahal sedang
ngerjain laporan ENG(Evaluasi Nilai Gizi), dan itu belum kelar, haha. Kapan
lagi coba, ada kesempatan menantang seperti ini. Aku langsung menutup laptop
dan bersiap. Dan baru sempat makan, buru-buru. Haha. Terbukti pas bertemu Zakia
aku masih ngucah makanan yang tersisa dimulut. You know what? Aku pake sendal
dan pas ketemu Ipung aku langsung ditanyain.
Kok gak pake sepatu Tri?
Iya sengaja, kita kan susur goa, ntar
basah kan? (Dipikiranku susur goa seperti yang pernah dilakukan Rinda (sesama
teman gizi), menelusuri goa dengan boats dengan mengikuti aliran sungai. Dan dugaanku
salah total. Ternyata kami harus mendaki dulu kemudian bertemu goa dan pakai harnes untuk menuruni goa yang
kedalamannya lebih kurang 30 meter. Waw, I
don’t have prepare. Biasanya sebelum naik gunung aku ada latihan fisik
dulu, tapi untuk kali ini, no prepare.
Kondisi dinding-dinding goa yang agak
licin sedikit menjadi kendala saat menuruni. Tapi alhamdulillah tidak cukup
lama untuk sampai di perut goa yang super menakjubkan. Kami berkumpul dan
makan-makanan yang dibawa bareng-bareng. Setelah itu kami menelusuru lobang
yang ada di goa itu. Awalnya aku mikir, gak muat itu kan lobangnya kecil. Dan
yang sudah biasa ke sana bilang, bisa ko. Beberapa teman sudah masuk duluan,
disusul oleh Zakia kemudian aku. Awalnya aku kejepit karena gak tau teknik
masuknya, salah satu kaki aku tekukkan, si kakak yg udah duluan bilang, kakinya
langsung bersamaan dimasukin. Well, akhirnya berhasil. Dan kami merangkak
kemudian berjalan menepi ke dinding goa, daaaan.. traarararaa. Surprise. Ada stalakmit dan stalaktit
di sana, cantik banget. Si Zakia bilang harta karun di dalam goa. Aku setuju.
Indah banget soalnya. Pengen nyentuh tapi gak dibolehin, katanya biar strukturnya
itu tidak mati. Trus ada walet juga terbang di atas kepala kami. Headlamp tentunya sangat dipergunakan
dalam kondisi ini. Gak mau meraba-raba
dalam gelap kan? LOL.
Berhubung kami sampai di puncak sudah
masuk waktu zuhur, kami berniat untuk menjamak dengan ashar pas keluar dari
goa. Dan subhannallah ternyata sesampai di dalam goa kita baru bisa naik
setelah menunggu antrian jam 17.30 WIB. Alhamdulillah kami sudah menjamak shalat
sebelum naik ke atas goa (pengalaman pertama shalat di dalam goa-Goa AC.
Amazing!)
Hal yang bikin kaget pas nunggu giliran
naik adalah ada tas yang jatuh dari atas, kami yang berkumpul reflek menjauh.
Aku bingung mau kemana, kalo mau mundur kena Zakia yang lagi duduk pasrah
sambil menutup kepala untuk perlindungan (sorry Njek rada lebay) Trus tiba-tiba
Maya yang lebih tinggi dari aku mendekap sambil menutup kepala aku. Wahaha, si
dia melindungi aku. Untung cewek, kalo cowok, awas lo! Makasi Maya...
Pas naik ternyata usaha harus super
ekstra. Lututku sedikit terbentur, dikit
doang sih, haha, sengaja nulis biar keliatan gitu benar-benar ada tantangannya.
Pas nyampe atas ternyata sudah gelap. Terima kasih teman-teman cakrawala,
ketika aku hampir nyampe di mulut goa semua tangan mengulur untuk memberikan
bantuan, plus jepret-jepret (berasa seleb), haha. Aku langsung disodorkan maya
air minum, dia duluan naik dari aku. Lalu langsung dibantuin membuka harnes
(manja banget :p). Lagi-lagi thanks to Maya. Udah jadi fotografer kami juga. Kami
turun dan Angga yang memandu kami (anak Cakrawala apa anak Pendaki Bogor ya?? hehe)
dia bilang,”Ada bonus buat kalian”
“Apa Ngga?”
“Kita nanjak lagi.”
‘Ha?”
“Gak tinggi banget kok. Kita ke puncak
roti.”
Kami mengikuti Angga. Kemudian kami
berempat duluan, Angga, aku, Zakia, dan 1 orang anak Pemdaki Bogor (lupa
namanya, hehe). Setelah itu disusul sama rombongan. Kita naik lagi, tapi
alhamdulillah track yang ini gampang.
Batu-batunya banyak yang bisa dijadikan pegangan, kalo anak-anak cakrawala
bilang sih itu namanya poin.
Dan
sesampai dipuncak. Kami disuguhkan hamparan kerlap-kerlip cahaya di bumi bogor.
Indaaaaah bangeet. Di atas batu kapur kita melabuhkan penat. Di saat itu aku
bersyukur. Tuhan, engkau tunjukkan setetes pesona yang kutau ada yang lebih
indah dari yang pernah kutau.
Allah,
terima kasih engkau telah memanjakan kami dengan pesona alammu.