Kali ini aku masih memposting tulisan
yang berhubungan dengan PKL . Habis mau gimana lagi ya, Selalu banyak cerita
soalnya, hehe. Sekarang aku menulis cerita yang berlokasi di Bukittinggi. Siapa
yang gak tau Bukittinggi? Mungkin ada beberapa orang Indonesia yang belum tau
sama tempat menakjubkan yang banyak menyimpan cerita sejarah ini. Sebelumnya aku
perkenalkan sedikit tentang Bukittinggi ya. Bukittinggi adalahsalah satu kota
yang terletak di wilayah Sumatra Barat. Kota simbol jam gadang ini merupakan
daerah perbukitan. Disana banyak tempat yang bagus untuk di kunjungi salah
satunya Benteng fort de kock, ngarai sianok, lubang japang yang berada di
panorama, dan jam gadang serta masih ada yang lainnya. Wisata kulinernya jangan sampai lupa. Pokoknya
kalau sudah ke bukittinggi belum mencoba nasi kapau, rasanya belum waw cetar
membahana, hihi.
Okey perkenalannya segitu dulu, untuk
lebih jelasnya kamu bisa menjelajah di Mbah Google. Sekarang masuk ke cerita
PKL ya, di Bukittinggi kami yang PKL berjumlah dua belas orang. Dan tempat PKL
kami adalah di rumah sakit achmad mochtar tepatnya di ruang instalasi gizi dan
sekalik-kali di ruang konsultasi gizi.
Karena kami tidak memiliki rumah di
bukittinggi, jalan satu-satunya ya ngekos dong. Nah kebetulan salah seorang
dosen kami yang bernama ibu Dini Rasjmida punya rumah yang dihuni oleh
saudaranya.beliau menawarkan kepada kami dan tentu kami sangat senang menerima
tawaran itu. Kamipun berangkat dengan mencater dua buah travel. Disini
dimulailah kehidupan baru kami bersama para sahabat. Suka duka kami jalani
bersama, kekompakan dan candaan selalu menghiasai hari-hari kami. Hmm, tunggu
bentar, aku tarik nafas dulu. Sesak,soalnya rindu banget sama kejadian yang
sedang kutulis ini. Apakabar sunget,
puja, ucut, intia, ante putri ( penghuni kamar atas) dan juga paniang, lisa
ajok, atih n aci (para penghuni kamar bawah), plus Yessi warga asli Bukittinggi?? Hmm, semoga mereka sehat
wal’afiat. Amin
Selama dua bulan lebih kami menjalani
PKL. Penyuluhan, peyelenggaraan makanan, mengatur diet dan ada serangkaian
kegiatan lain. O ya, pembimbingnya gak boleh ketinggalan, ada pak Anas, kak
Rini, Kak Lina, buk Dewi, kak Yenita, ada beberapa yang aku lupa. Dan tentunya
gak bakalan lupa sama ibu Lili. Banyak kenangan yang geli saat bersama ibu Lili
disetiap teman-teman di ruang bedah termasuk aku tentunya. Salahsatunya aku
lupa bikin laporan harian, oh my God. Kirain sama ibu ini laporannya bisa
diminta di hari terakhir aja. Hmm, itu sedikit kelalaian yang tak disengaja,
hehe.
Pokoknya selama PKL itu kita(semua
anggota PKL RSAM) menjadi lebih saling mengenal karakteristik masing-masing.
Panggilan akrab buat semua adalah “Sahabat RSAM” dan gak lupa sama jempolnya,
hehe.