Dulu puisi adalah hal
asing bagiku walaupun udah dikenalin oleh guru bahasa semenjak SMP. Tapi puisi
itu adalah ksesuatu yang tak bisa aku pahami maknanya. Pernah suatu ketika
seorang guru menyuruhku ke depan untuk membaca puisi. Aku langsung kaget
tentunya. Untuk maju ke depan memang tak apa-apa. Tapi kalau membaca sesuatu
yang tidak kupahami maknanya gimana cara dan mengekspresikannya? Aku menolak
waktu itu. Tapi karena ibu guru yang menjadi idolaku (Ibu Yanimar Said) ini
terus memanggil namaku dengan ajakan membujuk, mau gak mau harus mau! Sebagai
bukti menghargai seorang guru.
Kedepan
juga akhirnya, dengan buku yang ada di tangan tapi gak tau maksudnya sama
sekali aku baca puisi itu dengan datar, tanpa ekspresi. Hmm, teman-teman pasti
bosan banget melihat penampilanku waktu itu, yah itu adalah sebuah kekeliruan aku rasa.
Nah usulan untuk aku
membaca puisi terulang kembali ketika aku kuliah. Saat ini puisi sudah tidak
asing lagi bagiku karena semenjak SMA bakat yang datang tiba-tiba ini sudah
menjadi separuh hatiku. Akupun menerima ajakan temanku untuk mengisi acara
perpisahan dalam PKL terpadu (gabungan beberapa jurusan) di jorong jatah kami.
Aku diajak duet dalam musikalisasi puisi. Hmm, aku dapat kebagian membaca puisi
dan temanku, Yulia bernyanyi. Puisi yang kubacakan adalah karya sendiri dan
tentu aku tahu sekali apa makna puisi ini. Dan alhamdulillah, musikalisasi
puisi kami berjalan lancar. Thanks God!