Teman,kenapa kunamai cerbung ini dengan “jendela kampus”, sebab di saat
kubuka jendela, ada dia yang waktu itu membalas senyumku. Ada dia yang sejak
saat itu masuk keruang kelasku menghadirkan rona berbeda. Jika aku boleh jujur,
bukan ia yang membuatku jatuh cinta untuk kali pertama. Tapi sahabatnyalah. Cantik
dan menawan rupanya. Tapi setiap kali aku ingin mengetahui tentang sahabatnya secara
diam-diam, banyak pula kutemui tentangnya. Mereka begitu dekat. Kemudian tanpa
sengaja jemariku mengklik profil dirinya. Biasa saja awalnya. Atau mungkinkah
cinta itu tumbuh karena terbiasa? Terbiasa bertemu setiap minggu. Bahkan seminggu
bisa berkali-kali. Karena takdir membawaku ke laboratorium untuk menyengajakan
aku bertemu denganmu. Beruntung aku bisa mendapatkan proyek penelitian eksakta.
Di saat aku ingin mengisi buku daftar hadir pengunjung labor, dia yang tengah
asyik menimbang-nimbang bahan kimia waktu itu mengangkat kepala ke arahku. Jarak
kita sekitar dua meter. Meski menggunakan masker, aku tau ia tersenyum
kepadaku dan aku membalasnya dengan tulus. Waktu itu, belum juga hadir perasaan
seperti ini.
Tepatnya setelah kita tidak saling tersenyum lagi, aku berpura-pura
cuek setiap kali bertemu. Perasaanku kepadamu kekasih. Aku mulai jatuh cinta
kepadamu. Berawal dari iseng mengirim pesan singkat melalui sosial media kepadamu,
lama-lama aku jatuh cinta setelah percakapan itu. Hingga sikapku sedikit gila. Setiap
hari langkahku terburu-buru menuju kampus, ingin menjumpaimu dalam momen
ketidaksengajaan. Seperti dulu sayang. Di saat aku belum menyadari betapa
berharganya dirimu.
—bersambung—
Note: jika ada kesamaan momen, hanyalah kebetulan sebab ini cerita hanyalah fiktif belaka :)
makasi buat teman-teman yang udah baca :)))
#salampulpen