Hampir
setiap hari menemani seseorang dan dirawat dengan baik memang adalah bagian
yang
membuatku bahagia. Terlebih ia menciptakan lagu tentangku. Dan baru saja
aku diajak ke studio untuk berjumpa dengan kawan-kawanku: drum, keyboard, bass
dan banyak lagi. Aku bangga sekali jika ia selalu menggunakanku untuk
latihannya, meskipun Jonat si gitar hijau yang mendampinginya setiap kali naik
panggung lima tahun terakhir ini.Tapi dulu selama lima belas tahun aku adalah
benda kesayangannya.
sumber gambar:allaboutcartoon123.blogspot.com |
Perkenalkan,
namaku gitar coklat elektrik yang biasa dipanggil teman-temanku gitar legendaris— mungkin
itu terlalu berlebihan. Aku ini hanyalah gitar tua peninggalan seorang musisi
ternama, namun kini ia telah tiada. Dan seorang anak yang kuceritakan tadi
adalah anak angkatnya yang bernama Ridho. Dia tidak memiliki anak karena memang
tidak pernah menikah. Hal yang paling gila tiap kali dia diwawancarai oleh
seorang wartawan dan menanyakan kapan akan melepas masa lajang adalah selalu
menjawab dengan jawaban yang sama, “aku telah memiliki kekasih—Gitar
ini!” Dia merangkulku dengan bangga. Dia menunjukkan aku kepada siapapun. Dan
sebagai balasbudiku, aku berusaha mengeluarkan suara terbaikku.
Hal
yang paling membuatku terharu adalah…… Pada suatu malam, seorang tak dikenal
mencoba menerobos masuk ke dalam rumah yang kental dengan arsitektur Belanda
ini. Ia diam-diam menyelinap dan mencoba masuk ke dalam ruangan yang bisa
kubilang ruang faforit dari pemilikku, tuan Arvert.
Aku
terjaga seketika, saat mendengarkan pintu terbuka. Tahu apa yang dicari
penyelinap ini? aku—ya
aku. Aku berusaha untuk melepaskan diri, tapi apa daya aku tak memiliki tangan.
Tapi bagai memiliki ikatan bathin, tuan Arvert langsung menghadang si
penyelinap. Aku menghela nafas, meskipun aku belum tahu dengan nasibku apakah
akan selamat. Tapi setidaknya melihat tuan Arvert datang saja aku sudah
bahagia. Dengan kesigapannya tuan Harvert bisa membebaskan aku. Meskipun si
penyelinap awalnya melakukan perlawanan.
Tiga
hari setelah pemeriksaan ternyata diketahui si penyelinap adalah salah seorang
wartawan yang pernah mewawancarai tuan Arvert seminggu lalu. Ia penasaran
bagaimana reaksi tuan Arvert bila kehilangan gitar yang ia cintai. Dan mungkin
saja si wartawan ingin sekali melihat tuan Arvert benar-benar memiliki seorang
kekasih, selain aku.
Bila
kuceritakan bagaimana perjalananku bersama tuan Arvert mungkin akan sangat
panjang dan sudah ada seorang penulis yang menulisnya hingga menjadi sebuah
novel yang berjudul “Andaikan Kekasihku Hidup”. Aku bahagia, kisahku tersimpan
dalam sebuah buku.
Sekarang
bersama Ridho, aku juga bahagia meski tak lagi menemaninya di panggung, tapi
dirawat saja dengan baik adalah bahagia bagiku. Ada waktunya aku tergantikan.
“Terimakasih
pemilikku,” aku mengedipkan mata.
“Sama-sama,”
Ridho membalas dengan ramah.