Dari sini
kubelajar tentang kesederhanaan hidup
yang dimiliki oleh seorang anak remaja berusia enam belas tahunan namun baru merasakan
manisnya penemuan dari seorang penemu listrik satu bulan lalu. Sedikit miris
memang, tersadar aku memiliki semua yang aku butuhkan Dialah Yani. Anak yang terlahir sebagai
penjual gorengan ini memiliki keceriaan
yang mungkin bila aku berada disisinya terasa berat. Dilihat dari rumah yang
ditempati tanpa atap pelindung . Hari
ini Tuhan menyuruhku untuk merasakan bagaimana bila aku menjadi dia.
Ternyata
dingin sekali rasanya bila tidur diatas lantai yang hanya beralaskan
tikar lepek, selama sebulan saja kurasakan sakit punggung tidak pernah hilang.
Setiap kali kuterbangun berharap paginya
ketika membuka mata aku sudah berada di kasur yang empuk. Namun pada
kenyataannya ketika masih diberi kesempatan membuka mata, aku terbangun dengan
garis-garis tikar yang melekat dikulit ini. Hmm.., aku mulai komplain. Aku
tidak nyaman. Namun setelah beberapa minggu disini aku tersadar, andai aku
menjadi dia, apakah aku bisa tersenyum lepas? Disini aku belajar, kenapa selama
ini aku selalu menatap keatas dan jarang bersyukur kepada Tuhan.