Formulir Kontak

 

Puisi Bukittinggi



Puisi bertema:  “Bukittinggi, The Dreamland of Sumatera dalam Kenangan, Kesan, Impian dan Harapan”.
Oleh: Tri Oktiana, IDFAM1225U, Pariaman, Sumatra Barat
 
Potret  Alam membisu
Sumber foto:
indonesiaadventure.com

di kejauhan kuraih keindahan
langkah-langkah kecil di Panorama berdatangan
dua mata ini terpana
oh, Ngarai Sianok mempesona dari kejauhan, potret “lembah diam”
alamat bayang yang menggetarkan

angin berbisik perlahan
terdengar suara-suara sumbang tempo dulu
tercium aroma ‘mayat-mayat’ bertumpuk
dimasa jepang berjaya masa silam
tapi potret itu terlukis indah sekarang
Ngarai Sianok potret tak terlupakan
Pariaman, 14-12-2012
  
Bantalan jarum yang masih berdetak

kali  kesekian ku tapakkan jejak
aroma adat yang kental berjajar di tanah bukit ‘kota Bukittinggi”
bantalan jarum yang masih berdetak
bayang masa lalu, bergelantung
disini aku pernah bersamamu dulu

pusaran angin membawa ke tengah keramaian mata
bermandikan sinar matahari, aku duduk lagi
semburat mentari memancarkan siluet jam gadang Bukittinggi di pusaran kota
jutaan daun-daun kecil meneduhkan dimana aku memandangnya

angka romawi yang tetap setia di pelukan  Jam Gadang
rindu aku pada bayang masa lalu
dimana kita duduk di kursi tua ini, kawan
memandang bantalan jarum yang masih berdetak
dengan secangkir tawa dan semangkok semangat,
tentu kau masih ingat
Pariaman, 14-12-2012

Deru Tempo Dulu

bulan Juli, aku menerawang
di atas kaki bukit, kususuri jalan di Benteng For De Kock
akankah hari-hari lampau terulang ?
dimana deru-deru bergantian
tembakan meriam mulai lancang
senjata-senjata liar bertuan
semburat darah memancar dari jiwa-jiwa yang tak mengenal lelah, tulus dan terus berjuang
tak ada kanopi kekasih melingkupi di mata sesat  sang raja  bengis

kini ku dengar kebisuan yang damai
kuhirup rindu kejayaan masa silam
langit-langit senja yang kini menyelami imajinasi
melingkupi bagai atmosfer sejarah
‘menerawang’
‘meriam’
‘merinding’
‘nyanyian kejayaan’
ku deklamasikan ”Buku Tamu Museum  Perjuangan*”
tenggelam aku dalam kenangan
 Pariaman, 14-12-2012

*Judul puisi Taufk Ismail


Jejakku Menepi di Bukittinggi

Ngarai sianok, pemandangan klasik
Panorama, potret suasana
Lubang Jepang, lorong-lorong sejarah
Kebun binatang, dunia hiburan
Benteng For De Kock, taman sejarah
Jam Gadang berdetak sapa dengan sanggul rumah gadang
Badut-badut meramaikan tempat wisata
Pasa Ateh, Pasa Bawah, Jenjang Ampek Puluah
jejakku pernah menepi disana

Padang, 2008

 
Bukittinggi, Ambo di siko*)

sering aku ke sini, tapi tak pernah mampir memicingkan mata semalam
sekarang ada waktu berbulan-bulan
Bukittinggi, ambo di siko

melewati Pasa Ateh,Pasa Lereng, Pasa Bawah
ramai orang
tiap senen aku bersinggah ke Pasa Ateh
dari Bukik Apik naik angkot kuning tak bernomor
banyak betul jajanan di sana, ada dadiah* pula

ada turis mencuci mata di pemandangan Pasa Ateh
amboi, souvenir di Pasa Ateh memanggil-manggil, tak enak rasanya membeli satu saja
kulinernya luar biasa: rakik, sanjai, karupuak balado, karak kaliang**
rendang ayam yang lamak bana (enak sekali), nasi kapau apa lagi
melabuhkan hati di tanah kelahiran bapak ekonomi pembangunan, Ir. Moehammad Hatta
Bukittinggi, ambo di siko

Bukittinggi, Juli 2012
*Di sini
**Susu fermentasi
*** Cemilan khas Bukittinggi



Total comment

Author

Triana Irsyad

0   komentar

Posting Komentar

Cancel Reply