Formulir Kontak

 

Seberapa Pentingkah Investasi Bagimu?

Selamat siang.
Dari judul postingan ini, sebagian besar mungkin ada yang menjawab "biasa aja", penting ga penting" atau ada juga yang jawab "sangat penting".
Semua kembali ke individu masing-masing.
Pertanyaan berikutnya, apakah kamu sudah mulai berinvestasi? Seberapa besar? Dan dalam bentuk apa saja?
Jawaban dari kalian akan sangat beragam tentunya. Maka dari itu saya akan berbagi di sini untuk memberi gambaran dan semoga termotivasi dalam menjawab pertanyaan di atas.

Dari kecil saya sudah diarahkan untuk berinvestasi. Orangtua saya berkata, "Nak, jika nanti kamu punya uang, sisihkanlah untuk ditabung dalam bentuk emas atau tanah. Berhubung tanah memiliki harga yang cukup tinggi, mulailah dari hal kecil yaitu emas. Yang sewaktu-waktu jika kamu butuh uang dalam jumlah tertentu, kamu bisa menjualnya kembali".
Dari nasehat itu sedikit demi sedikit saya belajar untuk menyisihkan sebagian uang jajan saya dan menambahnya dengan uang THR yang saya dapatkan dari kerabat di hari lebaran. Uang tersebut akhirnya bisa mencukupi untuk pembelian emas. Kebiasaan itu berlanjut hingga SMP. Tidak rutin setiap tahun, namun bisa terkumpul beberapa saja karena sebagian uang saya gunakan untuk membeli mainan yang memiliki harga cukup tinggi (salah satu bentuk investasi juga sepertinya, investasi kebahagiaan, hehe).
Sewaktu SMA uang saya lebih cendrung saya gunakan untuk membeli pajangan. Sedangkan sewaktu kuliah, saya lebih cendrung menggunakan uang tabungan saya untuk membeli buku (ini termasuk investasi ilmu, hehe).
Sewaktu bekerja, lima bulan pertama gaji yang saya dapatkan selalu habis. Melihat angka di rekening ATM, tangan saya merasa "gatal" untuk menarik semua isinya dan membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan. Tekad saya untuk berinvestasi belum ada, dan berfikir "nanti saja, kan saya masih muda."

Namun, saya tertegun ketika melihat realita langsung kehidupan orang yang ada di sekitar saya. Salah satunya adalah bapak Yanuar (nama samaran). Ia memiliki anak perempuan 3 orang, istrinya bekerja sebagai penjual kue, dan hingga saat ini masih tinggal di rumah kontrakan. Awalnya saya mengira beliau bercanda dan mengarang cerita tentang rumah kontrakan. Sebab di mata saya, dari background pekerjaan yang ia ceritakan dan melihat posisi jabatan yang ia emban, mustahil rasanya belum memiliki rumah pribadi. Akhirnya cerita itu saya anggap angin lalu.
Beberapa bulan kemudian beliau mengajak saya dan beberapa kawan saya untuk berkunjung ke rumahnya. Alangkah terkejutnya saya, ternyata apa yang ia cerita itu benar. Beliau tinggal di rumah kontrakan. Mungkin bagi sebagian orang ini hal biasa mengingat rumah di kota besar memiliki harga berkali-kali lipat dibandingkan harga rumah di pedesaan.
Saya menulis ini bukan berarti di mata saya, orang yang saya ceritakan ini sangat buruk kehidupannya dan terhina keluarganya, sama sekali bukan. Dari sini saya jadi banyak belajar dan bertekad, saya akan kembali berinvestasi dari sejak dini sebab tidak ada yang menjamin kehidupan finansial kita 2-5 tahun atau bahkan 10 tahun mendatang (memang benar Tuhan tentu akan menjamin, namun tergantung seberapa besar usaha dan doa kita dalam mendapatkannya). Setidaknya memiliki rumah pribadi adalah bentuk pencapaian yang patut direncanakan jauh-jauh hari.

Dari situ saya pun membaca banyak referensi, apa saja yang termasuk investasi. Ternyata investasi itu ada yang jangka pendek maupun jangka panjang.
Bentuk jangka pendek sebagai berikut:
1. Tabungan Bank
2. Deposito
3. Nabung saham
Bentuk jangka panjang diantaranya:
1. Emas
2. Properti (rumah, tanah, dll)
3. Asuransi
4. Reksa dana.
Untuk penjabarannya bisa dibaca di sini
Ok, segitu dulu ya tulisan saya. Semoga teman-teman semakin bersemangat untuk berinvestasi.
O ya sedikit lagi, meskipun berinvestasi, jangan lupa untuk yang bagian di bawah ini.
Dari ceramah ustadz yang saya dengar, rezeki itu ada dalam 3 bentuk:
1. Apa yang kita makan.
2. Apa yang kita gunakan.
3. Apa yang kita sedekahkan.
Dari tiga poin diatas saya memberi istilah investasi di setiap bagiannya.
1. Apa yang kita makan (saya menyebutnya investasi untuk kesehatan, tentunya ini bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi makanan yang menyehatkan dan dalam kapasitas wajar)
2. Apa yang kita gunakan (saya menyebutnya investasi kenyamanan)
3. Apa yang kita sedekahkan (saya menyebutnya investasi akhirat)
Ok sekian sekian dulu ya, sampai jumpa ditulisan berikutnya. :)

Total comment

Author

Triana Irsyad

0   komentar

Posting Komentar

Cancel Reply