Formulir Kontak

 

Puisi-Puisi Tri Oktiana dalam buku Bingkisan Perjalanan (part 6)



¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤
Lihatlah Kami
¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤


Wahai penguasa!
lihatlah kami
sentuhlah kami
kaum melarat ini

rupa seperti kami
karena di tanah ini bersemayam tikus-tikus tak berbudi
oh, tikus-tikus berdasi berparas lugu
kapan akan sujud?

langkah kaki seolah tak berduri
seolah damai sudah tersemai
diam-diam merayap menghisap hak rakyat
oh tikus! Kembalikan curianmu,
akan kuberi kau keju

Pariaman, 15 September 2008






¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤
Lilin, Melati, Coklat
¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤


sebatang lilin bisa menyalakan kehidupan
seperti hadirnya seseorang, menyinari hidup, melelehkan pesimis
atau sebaliknya

parfum melati bisa dapat meemperkuat daya ingat
tapi bagi dia yang belum terbiasa akan takut dan menghindar

sebongkah coklat bisa merilekskan sel-sel syaraf
seperti hadirnya humor di kehidupan
atau tidak sebaik itu

Padang, 2010









¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤
Lukisan
¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤


lukisan ini untukmu
kuwarnai biru
aku gambar awan,
pepohonan,
ilalang,
persawahan,
perbukitan,
menambah keasrian pemandangan
semua mencerminkan kesejukan
dan begitu tentram mewarnai kehidupan
dalam kedamaian bau anginpun
dan kuberikan dalam sebentuk gulungan kanvas

Padang, 2007









¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤
Mata Bening Adik
¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤
: Untuk adikku Ulthri Aurora

adikku sayang, meski terkadang sikapmu menjengkelkan
berebutan kita tentang hal kecil dan bertengkar
tapi itulah yang menumbuhkan rasa rindu padamu
kau tau dimana menempatkan diri
bahkan ketika aku memerintah kepadamu
kau patuh dan terkadang membuatku kesal
tapi itulah yang menciptakan rindu padamu
ketika aku ingin berbagi selimut denganmu
dan terkadang aku jengkel akan pelukanmu
tapi itulah yang mengingatkan rindu padamu
di sini aku sendiri tanpa celotehan, adik
esok aku akan pulang, tak sabar rasanya mengulang

Padang,  30 Juni 2012









¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤
Memori
¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤


dulu air hujan adalah tawa sembari bermain
aku bernyanyi menunggu hujan
tak peduli esoknya demam
yang terpenting bermain bersamanya
hingga menggigil
setelah hinggap rasa penat
kuceburkan diri pada bak air
kukeringkan badan dan kuselimuti dengan baju hangat
hingga aku tertidur nyenyak
masa kecil begitu ringan
waktu indah untuk bermain
bahkan sembari mimpipun, aku masih merindukan

Padang, 23 Oktober 2012









¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤
Menara Kembar Menjulang
¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤


aku sudah berdiri semenjak tadi
masih di air mancur penyambutan
saatnya berpetualang di perut menara
kakiku sudah berada di mulut ikon raksasa
aku hadir dan tertelan bersama orang-orang asing
banyak hiburan dan kemewahan di rahim dua menara
tersenyum saja untuk ucapan selamat datang

aku si pejalan asing di perut dua menara
adakah sanak di sana?

Malaysia, Desember 2008











¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤
Menepi di Bukittinggi
¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤


Ngarai sianok, pemandangan klasik
Panorama, potret suasana
Lubang Jepang, lorong-lorong sejarah
Kebun binatang, dunia hiburan
Benteng For De Kock, taman sejarah
Jam Gadang berdetak sapa dengan sanggul rumah gadang
Badut-badut meramaikan wisata
Pasa Ateh, Pasa Bawah, Pasa Lereng, Jenjang Ampek Puluah
jejakku pernah menepi di sana

Padang, 2008









¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤
Mimpi
¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤

aku ingin tumbuh sebagai awan
melukis di langit siang
aku ingin terbang sebagai burung
melintasi cakrawala
aku ingin berputar sebagai angin
melalang buana di negeri sihir
aku ingin turun sebagai hujan
merangkul tanah-tanah gersang
aku ingin hadir sebagai matahari
menghangatkan lapisan bumi
aku ingin melukis sebagai pelangi
memberi warna selepas hujan
aku ingin menjelma sebagai daun
memberikan aroma kehijauan
aku ingin mekar sebagai bunga
pengantar sari satu prajurit serangga
aku ingin menyatu sebagai tanah
tempat tumbuh dan berpijak
aku ingin hidup sebagai pohon
tumbuh dan menghijau
aku ingin bercahaya sebagai bulan
terang saat malam kelam
Padang ,16 Agustus 2010

¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤
Musisi Jalanan
¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤


lapar melilit perutku
jam makan siang sudah lewat,
jatahku lenyap
berdenyut lambungku meminta sesuap nasi
sekali-kali aku melirik tong sisa,
beruntung ada jatah kemarin
santapan lezatku hari ini
aku kalungkan lagi tas lusuh abu-abu
saatnya berdendang lagu syahdu
kugendong gitar
dua tiga lagu, untuk menampung belas kasih

oh panggungku panjang dan panas
kering tenggorokanku
kering kulitku, siraman hujan dan sinar mentari
di bawah kanopi terik aku bernyanyi
untuk hidup aku di sini
satu persatu kuhitung koin
untuk makan, sayang

Padang,  2012


¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤
Nama
¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤


pada sebuah nama aku terbayang
dalam rindu kau hadir membasuh tanya
peluh yang melekat,
terkelupas
saat mata saling hadir
dalam sendiri aku mengenang
pada perjumpaan tempo dulu
aku ingin memanggil sedetik saja
itu sekedar khayal tak berwujud

Padang,  06 Juli 2012












¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤
November Mendengar
¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤


November mendengar bathinku berbisik pada langit
tentang peri bintang yang akan mampir,
meminjamkan satu kereta bintang
aku mencium jam di bulan November
dan berkisah tentang pundi-pundi mimpi

Padang,  November 2012
















¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤
Nurani Semu
¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤


cipratan katamu luluhkan hatiku
kata puitismu selalu terngiang ditelingaku
harum nafasmu tercium oleh indraku
kau adalah lilin hidupku
yang dapat lelehkan pesimisku
tapi hitam bagimu, putih bagiku
nuranimu semu
semua kata puitismu semu
tidak sedikitpun itu bermakna bagimu
kau anggap aku ini boneka?
salah!
nostalgia telah usai,
telah lenyap
ingatanku untukmu kini, tidak sedikitpun ada

Pariaman, 2006
*)Puisi yang kuperlihatkan pada Ibu Dewi Nurini, S.Pd sewaktu pelajaran Bahasa Indonesia. Dan dari sini semangat menulisku semakin kuat.





¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤
Nyanyian Pulau
¤═════¤۩ஜஜ۩¤═════¤


pulau, masih di sanakah kau?
aku nanti akan kembali
bersama senyum merekah
pasti, aku akan singgah

pulau, bersama nyiur kau tak kesepian bukan?
aku meneropongmu dari seberang
jangan murung, dengarkan aku menyapa
akan kupeluk dari kejauhan

tetap tertawa bukan?
aku bahagia, meski lama tak bersua

 Padang,  23 November 2012

Total comment

Author

Triana Irsyad

0   komentar

Posting Komentar

Cancel Reply