Buat teman-teman yang lagi skripsian, terutama teman-teman gizi, ini langkah-langkah buat ngurus ini itu ya. Mudah-mudahan bermanfaat. Semangat!!
Langsung ke gambar aja ya, soalnya udah cukup jelas kayaknya. O ya, pertama-tama mau ngucapin makasi ke partner kece saya, Rinda Damayanti, sudah mau menuliskan alurnya dengan ciamik. hehe
Ok, mari kita mulai
Dan ini syarat-syaratnya:
Formulir Kontak
Alur buat Seminar dan Sidang skripsian di Gizi, FEMA IPB
- Diposting oleh : Triana Irsyad
- di : Minggu, 06 Maret 2016
- 0 Comments
Popular Post
related Post
Total comment
Cinta bukan
sekedar basa-basi belaka ataupun berpura-pura. Bukanpula mengikuti trend dan
gaya. Tapi lebih kepada perasaan yang muncul tiba-tiba dan terkadang tidak bisa diterima logika. Well,
ini mungkin pula yang dirasakan dua anak SMA yang baru saja tengah menjalani
MOS (Masa Orientasi Siswa). Meskipun hanya berselisih pandang, tapi ibarat
pelajaran fisika, getaran-getaran itu merambat ke dalam sukma. Dan dunia hanya
jadi milik mereka berdua. Oh tidak, kalo ketiban durian runtuh mereka nyadar
gak ya? Peduli amat.
Masih bicara
soal cinta dan masih di sekolah yang sama tentunya. Kita lihat dulu cowok yang
sedang nongkrong di kantin ini. Namanya Reza Rahardian , cowok yang super cool seantero kelas di sekolah ini beda
lagi masalahnya. Si doi lagi ngincar anak baru di tengah-tengah aksinya sebagai
ketua OSIS yang bertugas dalam memperkenalkan dirinya, eits sorry
memperkenalkan sekolah maksudnya.
Setiap kegiatan
yang sudah terencana beberapa bulan yang lalu berjalan dengan baik. Bukan reza
namanya kalau acara tidak sukses. Reza adalah anak yang gemar dengan organisasi
di sekolah. Kegemarannya ini bermula sejak SMP yang kala itu dia diajak teman
untuk mencalonkan diri menjadi ketua OSIS, dan akhirnya ia terpilih. Dengan wajah yang cukup tampan dia mulai tenar
dan cewek-cewek rela ngantri untuk mendapatkan hatinya. Merasa di puja-puja, Reza
menjadi ketagihanan untuk selalu terjun di organisasi. Sungguh niat yang tidak
baik.
Oke, kita sudah
membahas ketua OSIS dan dua anak baru yang tengah kasmaran. kebetulan sekali ternyata
cewek itulah yang membuat Reza kesemsem. What? Celakalah bagi si cowok yang gak
jelas namanya itu, menaksir si cewek yang telah diketahui bernama Acha
Septriasa karena dengar-dengar setiap
cewek yang jadi target Reza selalu takluk dengan jurus rayuan Reza.
Setelah tiga
hari menjalani MOS, akhirnya anak-anak baru mulai bebas menarik nafas lega. Dan
ternyata Acha sekelas sama cowok yang bikin dia berdebar-debar, namanya Irwansyah,
namanya ngartis banget ya? Tapi itu kan terserah emaknya, manatau emaknya emang
ngefans berat sama penyanyi dan pemain film yang satu ini. Atau kebetulan nama
bidan yang membantu persalinan namanya Irwansyah? Hah, bidan namanya Irwansyah?
Bukan-bukan, manatau nama suaminya. Atau….., wah,wah,wah ribet amat sih. Kalo mau tau temui aja
emaknya.
Tapi
tunggu,tunggu. Perasaan dari tadi tokoh-tokoh yang kita bahas semuanya pake
nama artis deh, tapi kok cuma Irwansyah yang diributin darimana asal namanya? Mau
tau kenapa? Ternyata nama itu bukan diambil dari idola para emak-emak tokoh
yang diangkat di sini ataupun nama suami para bidan, tapi emang di wajibkan
buat tulisan kali ini.. Haha, akhirnya saya membocorkan.
Balik lagi ke
pembahasan awal, dari hari-kehari mereka semakin akrab aja. Kemana aja bersama.
Ke kantin bersama, belajar bersama dan ke perpustakaan bersama. Semuanya
‘hampir’ selalu bersama. Saya tulis hampir ya, jadi jangan mikir yang aneh-aneh.
Bahkan teman sekelas udah menganggap mereka sepasang kekasih, padahal mereka cuma
teman dekat ngakunya. Dan yang jadi
pertanyaan, apakah mereka akan jadian? Jawabnya ‘iya’. Sebagai orang yang ikut
andil banyak dalam cerita ini boleh dong dikasih sedikit kebebasan?
Nah gimana
dengan Reza? Dia gak mau mundur gitu aja dong, buktinya dia pernah mengajak
Irwan untuk berbicara empat mata. Waktu itu pas jam pelajaran— Kebiasaan banget nih
anak bedua suka keluyuran pas jam pelajaran— tapi yang bikin suasana
menegangkan adalah ketika Reza memanggil
Irwan untuk bicara serius. Dan tau apa yang dikatakannya?
Dia berkata,”Hei,
lu anak kecil jangan belagu dan sok kegantengan. Si Acha adalah cewek incaran
gue dan gue pasti bakal dapetin dia.”
Irwan yang waktu itu menganggap santai ucapan Reza
hanya cuek walaupun ada sedikit rasa takut melihat mata Reza yang mau copot— takut kalau itu benar
terjadi dia, akan di penjarakan. Meskipun sudah diperingatkan, Irwan tetap aja
bersikap seperti biasanya kepada Acha.
Kedekatan Irwan dan
Acha semakin kuat terlebih ketika Acha memberikan surprise party buat irwan. Tepat di malam minggu Acha mengajak Irwan
untuk main ke rumahnya. Dan meskipun belum pukul dua belas malam, acha
memberikan surprise ketika Irwan pamit
pulang .
Dan sewaktu Irwan
hendak menaiki motor ninja kesayangan, kunci motor itu langsung di tarik Acha.
Dan TRARRARAR,
SURPRISEEE…………..!!!!!
Dan rombongan banci berlari menuju Irwan. Irwan
di peluk erat oleh para banci dan bikin acha terkekeh gak berenti. Gak kebayang
gelinya Irwan ketika itu dan belum sempat kue yang udah dipersiapkan Acha dikeluarkan,
si Irwan udah kabur duluan dengan taksi menuju rumahnya. Bisa di bilang
surprise-nya setengah gagal setengah berhasil.
Setelah beberapa
bulan surprise itu, memang mereka
semakin dekat tapi berhubung status
mereka hanya sebatas sahabat saja, Acha udah bosan nunggu Irwan nembak dia. Dan
kebetulan Reza mengajak Acha buat makan di kantin dan ia mau aja diajak Reza untuk
makan bareng. Bukan dikarenakan Acha suka, tapi lebih bertujuan untuk
manas-manasin Irwan biar cemburu. Tapi orang yang jadi target gak nyadar tuh.
Dan sudah dua
bulan juga berlalu kedekatan antara Acha dan Reza, tapi hal yang sama dilakukan
Reza. Acha jadi mikir, Kenapa orang dekat sama dia gak pernah nembak dia.
Selalu hubungan tanpa status. Dan akhirnya terjawab juga. Ternyata Reza hanya
mainin perasaan Acha. Acha yang dulu pernah cuek ketika MOS dulu sengaja dibalas
dimainin sebagai pembalasan sakit hati. Dan ternyata oh ternyata, Reza itu udah
punya cewek di sekolah lain. Acha langsung nangis pas tau kenyataan itu.
Padahal perlahan-lahan ada rasa pada Reza.
Kalau irwan lain
lagi, memang benar ia sayang sama Acha. Tapi itu cuma sebatas sayang pada
sahabat. Bahkan Irwan menganggap Acha sebagai saudara kandungnya sendiri. Gak
lebih. Perhatian Irwan yang berlebihan dianggap sebuah perhatian khusus bagi Acha.
Padahal Acha mengharapkan lebih, tapi mungkin menunggu waktu, pikir Acha.
Meskipun sudah jelas bagaimana perasaan Irwan kepadanya,
tapi Acha selalu ingin terus bersama Irwan. Seperti udah di bilangin
sebelumnya, kemana aja bersama, ke kantin bersama, belajar bersama dan ke
perpustakaan bersama.
Hal baru yang bikin
Irwan merasa bete adalah sekarang acha tiap kali shoping ngajak dia terus. Tau dong gimana kalau cewek se-fashion Acha belanja, selalu ngincar
apapun yang ia liat di majalah. Ribet deh pokoknya. Tapi karena Irwan sayang
banget sama Acha, kemanapun akan ia antarkan. Asalkan jangan minta diantarkan
ke kebun binatang aja. Si Irwan anti banget sama yang namanya kebun binatang, pernah trauma soalnya. Bajunya di tarik seekor
monyet sampe dia nangis-nangis minta pulang. Itu kejadian udah lama banget sih
sebenarnya, tapi bikin trauma.
Dan ada lagi
satu tempat yang bikin Irwan anti banget, ini lebih parah daripada mesti
nemenin acha ke kebun binatang, dimana coba? Di tempat kumpulan para banci.
Itulah penyebabnya kenapa sewaktu surprise
party waktu itu Irwan kabur gak tau kemana.
Meskipun sejak
peristiwa itu Irwan sempat di diemin Acha tapi itu gak lama kok. Mereka baikan
lagi. Dan malah semakin akrab. Irwan membalas Acha dengan mengadakan surprise party juga tepat di hari ulang
tahunnya yang ke-16 tahun lalu. Irwan yang waktu itu dibantuin Adipati, berhasil
mengerjai Acha.
Kado yang berisi
puluhan ekor kodok berhasil membuat Acha jingkrak-jingkrakan seperti kodok,
menjerit setengah mati dan langsung kabur. Saking gak tau mau lari kemana dia
lurus aja dan alhasil masuk kolam renang dan yang paling parahnya Acha gak bisa
berenang. Kalau saja ia tidak sempat di tolong gak tau deh bakal gimana nasib
anak yang satu ini.
Pengen tau apa
yang membuat ulangtahunnya yang berkesan banget padahal udah dikerjai
amati-matian oleh irwan? Yaitu penyelamatan Irwan yang super sigap bikin
suasana mencekam jadi romantis abis. Dan sejak saat itulah Acha mulai merasakan
getaran awal kali bertemu itu muncul lagi.
Kenapa dikatakan
getaran itu terulang? Karena sempat getaran itu tersendat dan menghilang gitu
aja karena sikap Irwan yang super gak sensitif
sama perasaan Acha. Tapi kalau ditanya siapa teman yang paling care sama dia, Acha langsung menjawab
seratus persen Irwan tentunya. Meskipun gak sensitif tapi dia care banget sama acha yang sadar atau
gak bikin Acha jatuh hati.
O ya di awal
cerita saya bilang dua orang ini bakal jadian, tapi udah mau ending kok belum
juga jelas status mereka? Mungkin ada yang nanya seperti itu. Saya juga baru
ingat nih, hehe (sengaja lupa sih sebenarnya). Tapi sesuai peraturan, kisah ini
adalah hubungan tanpa status. Gak merasa bersalah banget ya? Tapi saya minta
maaf deh. O ya ada satu hal yang ingin saya lakukan setelah menyelesaikan fiksi
ini, “kabuuurrrrrrrrr”. Takut di gebukin para pembaca karena ingkar janji,
hehe. Peace!
Popular Post
related Post
Total comment
Maudy menghirup
nafas dalam-dalam, aroma daun yang ia cintai. Membentang luas. Sejenak dia memejamkan
mata dan merasakan semilir angin membelai lembut rambutnya, hingga bergantian
dengan kawanan angin selanjutnya. Ia sangat menikmati suasana pagi ini. Dian,
kakaknya berada beberapa langkah di belakangnya. Maudy yakin kak Dian juga tengah menikmati
pemandangan ini. Maudy membentangkan tangan. Benar kata mama. Di sini sangat berbeda, bathinnya berbisik.
“Bukankah di
sini kita akan lebih baik? Dengan semilir angin yang tidak ragu menyapa ramah,
dengan pucuk-pucuk hijau dalam kemasan lukisan terdampar. Lihat pula penduduk
berjalan dengan bakul yang setia digendong di belakang. Setiap pagi hingga sore
kita bisa bercengkrama dengan rombongan daun penghuni bukit ini. Sesekali aku
akan bawa kakak berada di tengah-tengah hamparan yang menghijau. Oh tidak,
bukan sekali-kali maksudku, kapanpun kakak mau aku akan mengantarkan kakak ke
lukisan yang mempesona ini. Kakak senang dengan tempat ini? Kalau tidak, aku
akan mencarikan tempat lebih baik. Bagiku tak apa kita berpindah hingga seribu
kalipun, asalkan kakak bisa tersenyum setiap paginya. Kakak kenapa diam saja?
Kakak marah karena aku memilih tempat ini? Atau kakak lebih memilih tempat
lain? Aku akan mencarikan. Bilang saja.”
Maudy kemudian
memutar badannya dengan senyuman yang masih mengambang dan seketika kecut
karena ia tidak menemukan kak Dian yang seharusnya masih berada di belakangnya.
Dengan sedikit was-was, ia berlari ke dalam dan memeriksa setiap sudut rumah.
Rasa khawatir semakin bergejolak ketika orang yang di cari tidak ditemukan. Ia
kembali ke halaman dan bertanya pada seorang yang bisa dibilang tidak ia
ketahui namanya.
“Maaf, kamu
melihat kakakku yang pakai kursi roda lewat di sini?”
Pemuda
itu tersenyum, sambil menunjuk sedikit ke arah hamparan kebun teh. “Itu
kakakmu?”
Maudy menarik
nafas dalam-dalam. Akhirnya menemukan orang yang di cari. Entah kenapa kak Dian
begitu cepat menghilang.
“Kenapa kamu membawa
kakakku ke sini?” emosi Maudy agak tertahankan. Lelaki ini mencoba menculik kakakku. Apa yang ia inginkan? Tebusan?
Mentang-mentang kami masih baru di sini makanya seenaknya dia menipu kami?
Sepertinya lelaki
ini bisa membaca raut was-was yang dirasakan Maudy. Semua isi kepalanya seolah
terbaca dengan jelas.
“Sssttt, aku gak
maksud menculik kok. Kalo aku mau menculik buat apa coba? Minta tebusan?
Mentang-mentang orang baru makanya aku nipu seenaknya? Gak lah. Aku pengen
liatin pemandangan luar biasa ini kepada
Dian,” ucapnya santai.
Apa? Orang ini bahkan tau nama kakakku? Bukannya ini
kali pertama mereka berjumpa? Jangankan sempat ngobrol, aku kan baru beberapa
menit kehilangan jejak kak Rena.
“Kamu siapa?”
tanyaku Maudy ragu-ragu
“Aku Adi— Adipati Nugraha, teman SMP Dian.
Udah lama banget aku gak bertemu dia. Berhubung kemaren pak lurah ngasih tau
ada pendatang baru di kampung ini, dan kebetulan namanya sama persis dengan
teman SMP-ku, makanya aku datang ke sini. Dan ternyata benar dugaanku, dunia
memang sempit ya. Dan kamu adiknya—
Maudy Ayunda kan?”
Belum sempat Maudy
menjawab, kak Dian memanggil. Ternyata kak Dian tau kedatangan Maudy. Dari
kejauhan Dian melambai tangan dengan senyuman merekah. Maudy tak mengerti
dengan sikap kak Dian kali ini. Sepertinya
kak Dian sudah begitu bersahabat dengan alam ini, tidak seperti kali pertama
menapaki tempat-tempat baru.
Maudy berjalan
mendekati kak Dian yang duduk di kursi roda. Dia menyaksikan keakraban Adipati dengan
kak Dian. Adi berceloteh dan mencoba mengingat kembali masa-masa SMP mereka
yang telah terlewati. Dan mungkin inilah saat yang tepat untuk membiarkan kak Dian
kembali bisa tersenyum. Bukan berarti kak Dian tidak pernah senyum selama ini,
namun untuk tersenyum lepas seperti itu sudah sangat lama sekali ia tidak
melihat. Mungkin akibat kecelakaan yang terjadi dua tahun silam yang
menyebabkan kak Dian lumpuh total. Dan semenjak itu jugalah, Maudy merasa
bertanggung jawab untuk membantu apapun yang ingin di kerjakan kak Dian.
Ia kembali melangkah
menuju rumah. Hanya berselang beberapa langkah, ia dicegat kak Dian. Dan
terpaksa ia harus duduk bersama kak Dian dan Adipati, yang sekarang ia panggil
bang Adi. Bukan karena ia tidak senang kondisi saat ini, melainkan ia hanya
berniat untuk membiarkan kak Dian berduaan dengan bang Adipati—ingin melihat kak Dian tertawa lepas
dari kejauhan.
Hari-hari terlewati dengan menyenangkan di sini. Hampir
setiap sore bang Adipati yang berstatus mahasiswa jurusan sastra yang juga
berprofesi sebagi pemetik teh, singgah ke sini hanya untuk bertamu sejenak. Dan
lambat laun pula entah apa yang dirasakan Maudy kepada cowok bermata coklat
ini. Tapi dalam waktu bersamaan kak Dian juga merasakan apa yang dirasakan Maudy.
Tapi diam-diam kak Dian menyusun rencana.
“Hai maudy!”
Ketika tengah asyik menyiram bunga-bunga koleksi mereka,
Maudy dikejutkan dengan sapaan yang terdengar tidak asing lagi.
“Kak Dian ada di dalam, aku panggilin dulu ya”
“Gak usah. Maksudku nanti saja. Aku sebenarnya pengen ngomong
sama kamu,”
“Tentang apa?” Maudy penasaran
Pertanyaan Maudy tidak di jawab oleh Adi, sesaat kemudian
kak Dian keluar tersenyum melihat tingkah aneh mereka berdua. Kak Dian
menyarankan agar mereka menghirup udara segar di luar. Dan meskipun sedikit
canggung. Mereka menuruti ide kak Dian.
Jalanan memang
panjang, tapi jika kita hanya berdiri dan keliling-keliling di situ saja tidak
akan terasa jalanan itu panjang dan indah. Dan keindahan itu akan terasa kalau
kita telah melewati lika-likunya.
Adipati sewaktu di tengah jalan pernah berucap begitu
tapi entah apa maksud ucapannya itu, membuat Maudy tak mengerti. Dan sepulang dari pasar Maudy langsung
menceritakan setiap kejadian pada kakak yang sangat ia sayangi ini. Dian
sebagai kakak hanya tertawa melihat tingkah laku Maudy.
Setelah beberapa bulan mereka pergi jalan dan belum juga Maudy
di tembak oleh Adipati, bahkan dua bulan belakangan ini Adipati seolah
menghindar dan jarang bertamu lagi. Maudy mencurahkan semua yang ia rasakan
kepada kak Dian dan berbagi tentang bathinnya yang semakin meragukan apakah Adipati
serius menganggapnya orang yang spesial atau hanya sebatas teman. Dan sebagi
kakak, Dian terus meyakinkan Maudy bahwa Adi sungguh-sungguh.
Akhirnya tiba juga waktu yang ditunggu dan dinanti-nantikan
Maudy. Suatu pagi ketika aroma teh masih merebak meniupkan asmara-asmara yang
dirasakan seorang gadis pendatang di desa. Adi datang membawa sekuntum bunga
favorit Maudy, mawar putih. Dan ketika mengajak Maudy jalan untuk kesekian
kalinya, Adipati akhirnya mengungkapkan perasaannya kepada Maudy. Soelah
dedaunan teh ikut menari mendengar bisikan hati Maudy yang tengah merekah. Ia
berbisik, kak dian benar, akan ada
waktunya.
Saat bersih-bersih rumah, Maudy tidak sengaja menjatuhkan
buku diari kak Dian— awalnya dia tidak bermaksud untuk membacanya.
Karena terselip bunga anggrek, Maudy berniat untuk melihat anggrek itu saja,
tapi tidak sengaja ia membaca halaman curahan hati kak Dian yang ditujukan pada
Adipati. Meskiput tanggal surat ini sudah satu tahun yang lalu. Itu berarti kak
Dian lebih dulu merasakan getaran cinta kepada Adipati.
Maudy sedih dan sangat merasa bersalah. Takut kak Dian
mengetahui, ia merapikan buku itu kembali. Ia dengan sigap membersihkan rumah, berharap
setelah ini ia bisa bertindak sesuatu. Tapi apa? Dia masih bingung dengan
perasaan yang berkecamuk di hati dan pikirannya.
Siang itu setelah berberes-beres ia langsung meninggalkan
kak Dian tanpa pamit. Sedang kak Dian tengah asyik di belakang membersihkan
pot-pot bunga yang telah di tumbuhi rumput liar. Ia berjalan dengan cepat,
berharap kak dian tidak menyadari kepergiannya. Ia pergi dengan hati bingung
dan tak tau apa yang harus ia lakukan.
“Jadi kamu sudah tau?”
“Maksud kamu?” Maudy bingung dengan pertanyaan yang
diajukan Adipati setelah ia menceritakan isi diari itu.
“Aku juga pernah tidak sengaja membaca diari itu sewaktu
berkunjung ke rumahmu, dan mungkin itu jawaban mengapa aku sempat menghindar
dari kamu. Aku tidak mau menyakiti perasaan Dian,” Adipati menunduk lemas.
Maudy semakin bingung dengan semua ini dan berharap Adipati
dapat memberikan solusi yang terbaik.
“Kamu tau? Setelah berbulan-bulan itu aku menjauhi kamu, Dian
meneleponku dan bertanya kenapa aku menjauhi kamu. Dan Dian menceritakan kamu
tengah dirundung harap aku akan kembali.” Pilihan ketika itu bagai memakan buah
simalakama bagi Adipati. Satu sisi ia mencintai Maudy dan di sisi lain ia tidak
mau menyakiti hati Dian.
Siang itu Maudy tidak berlama-lama mengingat dia pergi
diam-diam dan ketika balik ia bersyukur kak Dian masih sibuk dengan bunga-bunga
mereka. Dia bersikap sewajarnya seolah tidak terjadi apa-apa namun tidak ketika
jam tengah makan siang berlangsung.
“Kamu baca diari kakak ya Maudy?”
“Nnng.” Maudy ragu-ragu menjawab, “ Iya kak. Aku
benar-benar gak sengaja, maaf kak,” Maudy menunduk merasa bersalah.
“Maaf? Sebenarnya kakak yang harus minta maaf, kakak tau
apa yang kamu rasakan. Marah, benci, kesal setelah tau pacar kamu ditaksir oleh
kakak kamu sendiri. Tapi percayalah. Itu dulu.”Dian menangis dan menunduk.
“Aku percaya kok kak,” Maudy berdiri dan memeluk kak Dian.
Dan di saat bersamaan datang Adipati. Dia menceritakan bahwa tidak sengaja
pernah membaca diari Dian, saat bercerita ia benar-benar merasa bersalah karena
tanpa izin. Dan benar kata kak Dian, perasaan itu hanya berlaku dulu. Ternyata diam-diam
kak Dian memiliki teman spesial bernama Reza.
Sore ini mereka berempat akan berkumpul untuk sekedar bercerita dan menghirup
udara segar hamparan teh yang luas.
Jalanan memang
panjang, tapi jika kita hanya berdiri dan keliling-keliling di situ saja tidak
akan terasa jalanan itu panjang dan indah. Dan keindahan itu akan terasa kalau
kita telah melewati lika-likunya. Begitu pula dengan hati dan cinta.
Popular Post
related Post
Total comment
Inspirasi
itu menari-nari di pelupuk otak
menyuguhkan
santapan hebat untuk membangun
imajinasi
tentang masa-masa mendatang
kuseduh kutekunan
dan kerja keras yang terbangun kental
dalam
pesonanya bagiku
untuk energi
peraih mimpi menggapai bintang
dengan
liku jalanan yang masih panjang
dan
percaya, hak sukses melekat dalam
biarkan ia
(hati) bersemayam sebagai pengagum terlebih dahulu
biar kelak
masa-masa yang terindukan dapat digenggam, erat
sesaat aku
sebelum mulai lelah dan pasrah
biar
lepaskan keringat-keringat lengket dengan perjuangan
nafas yang
kreatif dan punya timbangan seimbang antara otak kiri dan kanan
elok
sebagai pelajar, berprestasi
dahsyat
pula sebagai seniman dan musisi
oh,
andaikan keseimbangan itu berpihak pada nafasku
tentu aku
mengasahnya terlebih dahulu, sebelum
perang
Popular Post
related Post
Total comment
Popular Posts
-
Puisi bertema: “Bukittinggi, The Dreamland of Sumatera dalam Kenangan, Kesan, Impian dan Harapan”. Oleh: Tri Oktiana, IDFAM1225U, P...
-
Muda, cerdas, semangat! Mungkin itu adalah sebagian kata yang mengungkapkan seorang Maudy Ayunda. Gadis 18 tahun berprofesi sebagai ...
-
Ulasan Puisi "Ragaku" Karya Tri Oktiana (FAMili Sumbar) Puisi ini cukup unik. Pemilihan diksi yang sederhana tidak membu...
-
Telah Terbit! Buku kumpulan puisi Tri Oktiana Judul: Bingkisan Perjalanan Penulis: Tri Oktiana Penerbit : Pustaka Jingga ISBN: ...
-
Maudy menghirup nafas dalam-dalam, aroma daun yang ia cintai. Membentang luas. Sejenak dia memejamkan mata dan merasakan semilir angin ...
-
TELAH TERBIT!!! Judul : Sejuta Wajah di Balik Debu Genre: Antologi Puisi dan Flash Fiction Penulis : Widia Aslima, Yuphe Himura, dk...
-
Allah, terima kasih engkau telah memanjakan kami dengan pesona alammu. Minggu 14 desember 2014 adalah hari dadakan dan superrrr buru-...
-
Keterangan: · Cara mencari jumlah makanan sesuai kebutuhan : · Pada nasi : 5x (m...
-
Hallo, assalamualaikum, selamat siang. Aku ingin bercerita pengalaman kenapa aku bisa mengikuti IPB ART CONTEST. Sebelumnya aku tidak bern...
About Me
Total Pageviews
Category List
Tri Oktiana. Diberdayakan oleh Blogger.
Text Widget
Follow me on facebook
Featured Posts
Contact Us
Blog Archive
-
▼
2016
(44)
-
▼
Maret
(35)
- Alur buat Seminar dan Sidang skripsian di Gizi, FE...
- Cerpen; Dua Hati tak Menyatu
- Cerpen; Nyanyian Kebun Teh
- Puisi; Kuseduh Secangkir Inspirasi
- Sejuta Dunia Akhirat
- Puisi untuk Indonesia
- Cerpen Superhiro; Kee ‘Cottonman’ (Manusia Kapas)
- Cerpen; Emon dan Clara
- Puisi Lomba
- Laman Ask FM/ Tanya Jawab tentang Triana Irsyad
- Cerpen; Janji yang Kutunggu, Erick
- Cerita Diploma
- Puisi Bertema ODHA oleh Triana Irsyad
- Cerpen; Pelangi Ramadhan
- Cerpen; Mak itam
- Puisi Bertema Sumatra Barat
- Cerpen; Peri dan Angel
- Puisi Peringatan Hari Air Sedunia
- Puisi Cinta untuk Kerinci, Jambi
- Puisi Religi
- Puisi Bertema: “Surabaya Oh Surabaya”
- Puisi; Karangan Bunga untuk Sahabatku di Palestina
- Cerpen; Rumah Ajaib Panggung Aksara
- Cerpen; Nyanyian Cinta Bis Kota Padang
- Cerpen anak; Jeruker dan Putri Apele
- Puisi
- Cerpen; Merpati
- Cerpen; Tumpukan Surat untuk Bali
- Cerpen; Kunci dan Kotak Kecil
- Cerpen; Beri Aku Senyuman
- Cerpen; Hujan Tidak Pernah Membencimu
- Puisi Berbagai Tema
- Cerpen; Bingkisan Chocolate dari Steefan
- Cerpen; Sekuntum Cornetto Disk Chocolate
- Cerpen; Amak, Doakan Aku Hingga Metropolitan
-
▼
Maret
(35)
Labels
Pages
Popular Posts
-
Puisi bertema: “Bukittinggi, The Dreamland of Sumatera dalam Kenangan, Kesan, Impian dan Harapan”. Oleh: Tri Oktiana, IDFAM1225U, P...
-
Pesan Air Oleh: Tri Oktiana air yang membasahkan, menenggelamkan entah menyuburkan berdirilah kau, bersama dinginnya di sana ...
-
Muda, cerdas, semangat! Mungkin itu adalah sebagian kata yang mengungkapkan seorang Maudy Ayunda. Gadis 18 tahun berprofesi sebagai ...
-
Ulasan Puisi "Ragaku" Karya Tri Oktiana (FAMili Sumbar) Puisi ini cukup unik. Pemilihan diksi yang sederhana tidak membu...
-
Telah Terbit! Buku kumpulan puisi Tri Oktiana Judul: Bingkisan Perjalanan Penulis: Tri Oktiana Penerbit : Pustaka Jingga ISBN: ...
-
Maudy menghirup nafas dalam-dalam, aroma daun yang ia cintai. Membentang luas. Sejenak dia memejamkan mata dan merasakan semilir angin ...
-
TELAH TERBIT!!! Judul : Sejuta Wajah di Balik Debu Genre: Antologi Puisi dan Flash Fiction Penulis : Widia Aslima, Yuphe Himura, dk...
-
Allah, terima kasih engkau telah memanjakan kami dengan pesona alammu. Minggu 14 desember 2014 adalah hari dadakan dan superrrr buru-...
-
Keterangan: · Cara mencari jumlah makanan sesuai kebutuhan : · Pada nasi : 5x (m...
-
Hallo, assalamualaikum, selamat siang. Aku ingin bercerita pengalaman kenapa aku bisa mengikuti IPB ART CONTEST. Sebelumnya aku tidak bern...
Pages
Recent Reactions
Subscribe Us
Follow us on Facebook
Like us
Follow us on FaceBook
Author