Hampir setiap malamnya berisi imajinasi tentang
kedatangan seorang peri. Entah kapan itu akan terwujud. Atau itu hanya sebatas
khayalan yang tak kunjung jadi kenyataan. Tapi ia masih selalu berharap, tak
bosan-bosannya. Oh peri, mampirlah meski hanya sejenak.
Bosan?
Tidak. Terbukti ia selalu berceloteh tentang khayalannya. Dan saking
seringnya ibunya khawatir lama-lama dia
akan jadi gila. Di usianya yang sudah 11 tahun masih saja suka berkhayal,
mungkin efek dari kebanyakan membaca buku dongeng.
Siang
ini seperti biasa, Angel mengerjakan tugas di bawah pohon rindang dan ia
dikejutkan dengan penemuan sesuatu, tak sengaja kakinya menginjak sebuah boneka
kecil—boneka Peri. Tapi sayapnya
sedikit patah. Ia mengangkat perlahan dan menyimpan ke dalam saku. Selepas
pulang, jemarinya begitu sigap merekatkan kembali sayap yang hampir patah itu.
Sekarang dia merasa sedikit lebih senang. Meski tidak bertemu dengan peri
secara nyata, boneka peri seukuran satu jengkal ini begitu cantik dan tampak
asli.
***
Angel
melirik peri yang ada di sakunya. Lenka
yang berada di sampingnya merasa keheranan melihat keanehan sahabatnya hari
ini. Angel beberapa kali tersenyum kepada benda yang ada di sakunya.
“Kamu
kenapa Ngel?” tanya Lenka penasaran.
“Eh,
nggak kok,” Angel memilih merahasiakan tentang boneka peri ini.
Waktu
istirahatpun datang. Angel dan Lenka jajan di kantin Bi Reska. Dan setelah
mendapatkan cake, mereka berdua duduk
di kursi. Pas makan Angel ingat ada peri cantik di sakunya. Angel ingin menawarkan
cake pada peri. Tapi Lenka pasti akan
mengangaap dia gila jika bicara kepada peri ini. Tidak seperti di rumah dia
begitu bebas berkomunikasi dengan peri.
Pulang sekolah Angel memilih mengerjakan PR, seperti biasanya
di luar rumah lebih tepatnya di halaman rumah, di bawah pohon mangga. Kebetulan
ayah membuat tempat duduk di sana. Usai mengerjakan tugas, dia menutup
buku-buku lalu bercengkrama dengan peri cantik.
“Peri,
kamu cantik sekali. Sayap kamu patah? Sakitkah? Maaf aku tidak bisa memperbaiki
secara utuh. Atau bagaimana aku minta tolong ayah? Mungkin ayah lebih tau cara
memperbaiki ini. O ya, peri cantik, kamu tinggal dimana? Aku sudah lama ingin
datang ke negeri peri, sepertinya asyik sekali. Peri apa kita bisa ngobrol?”
“Angel,
ayo bantu ibu membungkus kue ini,” panggil ibu
“Ayo
peri, kita bantu ibu membungkus kue.”
Angel
bersemangat membantu ibu, dia menaruh boneka peri di samping nampan.
“Ibu
tumben bikin kue,”
“Ia
ini pesanan bu Clara, untuk orang-orang di kantornya. O ya, ibu liat kamu asyik
sekali ngomong sama boneka itu. Kamu dapat darimana?”
“Aku
dapat di bawah pohon itu,” Angel menunjuk keluar, “Namanya peri cantik, Bu,”
Ibu
hanya tersenyum melihat anaknya semakin bersemangat. Setidaknya keinginan Angel
untuk bertemu peri sudah tergantikan meskipun cuma boneka.
Malamnya
Angel merengek pada ayah agar bisa memperbaiki sayap peri yang patah.
“Mainan
kamu bagus,” ayah memuji.
“Iya
yah, tapi sayapnya patah, aku cuma bisa membungkus pake kain aja. Ayah bisa
bantu aku memperbaikinya gak?”
“Coba
ayah liat dulu, oh sepertinya bisa,”
“Hore!”
Angel girang mendengarkan jawaban ayah barusan. Dan ternyata tidak butuh waktu lama untuk memperbaiki sayap boneka
ini.
***
“Bonekanya cantik sekali, pantesan
kamu begitu sayang sama boneka ini,” Lenka memuji.
Angel
mengangguk dan mulai sekarang boneka ini ia usulkan untuk menjadi milik mereka
berdua karena Angel merasa tidak seharusnya merahasiakan ini pada sahabat
sendiri.
Mengingat
esok ada ulangan harian, sepulang sekolah Lenka mampir untuk belajar.
“Kita
di sana aja yuk, lebih rindang,” Lenka menunjuk pohon sirsak yang ada di
halaman rumah Angel. Mereka berlari bersemangat tidak lupa membawa peri cantik.
Di sana juga ada tempat duduk, Angel meletakkan peri itu di atas buku. Lima
belas menit kemudian hal yang membuat mereka takjub adalah ada cahaya di boneka
itu. Mereka menghentikan belajar sejenak, dan tiba-tiba sayap boneka itu
bergerak dan hidup. Peri cantik hidup. Mereka berdua terbelalak.
“Hallo
Angel, Lenka. Terima kasih sudah menjaga saya, saya peri daun yang tinggal di
zona pohon ini.”
Mereka
berdua tergagap dan tidak bisa bicara apa-apa. Dan beberepa menit kemudian
akhirnya suasana menjadi akrab. Peri cantik itu terampil berbicara dan membuat
mereka cepat akrab. Akhirnya peri cantik menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Waktu kejadian tubuhnya tergeletak karena ada seekor elang yang melihat
keberadaannya hingga mengejarnya. Dan kucing yang membuat keributan waktu itu
juga tau ada peri dan mengejar-ngejar, hingga peri terjatuh dan sayapnya patah.
Jadi sebelum Angel menemukan peri cantik, sebenarnya sayapnya memang sudah
patah sebelah.
***
Sejak saat itu sepulang sekolah
Lenka selalu bermain ke rumah Angel meski jarak rumahnya tidak terlalu dekat.
Mereka bermain di rumah peri. Dan ada hal lain lagi, peri cantik akan bisa
bergerak jika berada di zona pohon yang satu ini. Jika sudah berada di luar ia
akan berubah menjadi boneka.
Setiap waktu mereka bermain bersama
peri. Harus selalu waspada kalau-kalau ada seekor kucing yang menyadari ada
peri. Tepat di hari minggu, peri
mengajak Angel dan Lenka untuk singgah di kehidupan para peri. Mereka senang
sekali menerima ajakan itu, tapi dengan satu syarat, tubuh mereka akan
dikecilkan seperti halnya para peri.
Dari segi ukuran mereka memang sudah
tampak seperti peri namun ada hal yang membedakannya, mereka tidak bersayap dan
tidak memiliki permata di dahi. Namun kedatangan mereka di sambut baik oleh
penghuni dunia peri yang ternyata juga ada di huni peri pria. Mereka dijamu dan
diajak bermain di area magic. Tidak
sama dengan yang mereka kenal di dunia nyata. Rumah di sini beterbangan, semua
fasilitas terbuat dari benda sejenis gulali dan permen. Angel dan Lenka
dimanjakan sekali di sini. Dan sebelum pulang mereka diberi oleh-oleh buku
bacaan bertema peri.
***
Setiap malamnya Angel selalu
berbicara kepada peri cantik. Sudah sebulan ini Angel selalu menceritakan
kepada ibu bahwa peri itu benar-benar hidup. Lama-lama ibu semakin khawatir dan
kekhawatiran itu di ungkapkan kepada ayah.
“Yah,
ibu kok jadi gak tenang ya, Angel lama-lama seperti….”
“Seperti
apa?”
“Gak
maksud ibu,”
“Ah,
sudahlah, ibu terlalu khawatir”
“Ayah,
pohon sirsak itu kita tebang saja ya, lagian sudah lama juga tidak berbuah,”
ibu mencari-alasan agar Angel tidak selalu mengkhayal datang ke negeri peri.
Dan
ayahpun menyetujui usul ibu, karena sudah bertahun-tahun pohon itu tidak
kunjung berbuah. Dan ayah menebangnya ketika Angel sedang sekolah.
Sepulang
sekolah Angel bergegas untuk bertemu peri cantik yang sengaja hari ini ia
tinggalkan di rumah. Tapi tiba-tiba
terdengar teriakan Angel dari kamar.
“Ibuuuuuu…”
Angel menangis karena boneka perinya menghilang. Lenka, ibu dan ayah membantu mencari-cari dimana
keberadaan peri itu. Tapi tidak juga ketemu.
“Kita
cari ke pohon yuk Ngel,” Lenka memberi usul
Mereka
berdua bergegas menuju pohon dan mendapati pohon itu sudah tidak ada. Dan
boneka peri tergeletak di sana dalam keadaan patah. Angel semakin sedih.
Ibu
dan ayah yang menyusul ke sana menjadi heran kenapa boneka itu bisa sampai ke
sini. Dan ibu mengakui bahwa dialah yang punya usul agar pohon ini ditebang.
Ibu merasa bersalah dan meminta maaf.
“Ibu,
peri ini benar-benar hidup. Rumahnya di sini. Kenapa ibu menghancurkan tempat
tinggalnya?”
“Ibu
khawatir kamu terlalu tenggelam dalam khayalanmu nak”
“Buk,
Angel gak mengkhayal. Peri ini benar-benar hidup. Lenka juga bisa melihatnya,” Lenka
berusaha menjelaskan.
Melihat
anaknya yang begitu sedih kehilangan. Ayahpun mengambil kembali pohon yang
ditebang itu dan kebetulan belum dipotong kecil-kecil. Meskipun agak konyol
ayah mengambil lem dan merekatkan kembali pohon itu. Lalu pohon itu
mengeluarkan cahaya. Dan tampaklah rombongan para peri dalam keadaan sesak nafas
karena tempat tinggalnya hancur.
Ayah
dan ibu terkejut, anak mereka bukan mengkhayal. Semua ini nyata. Mereka ingin
membantu. Tapi bagaimana caranya?
“Tolong
tanam kembali potongan ini, agar kami bisa hidup seperti dulu lagi.” Pimpinan peri
memberitahu cara mengembalikan keadaan. Pohon yang di lem tadipun dipotong kembali
dan ditancapkan ke tanah. Dan akhirnya kehidupan negeri peri kembali seperti
semula, namun peri cantik yang badannya patah sedang di rawat di rumah sakit
Peri, keadaannya perlahan mulai membaik.
Sudah
sebulan mereka berdua termasuk ibu dan ayah bercengkrama bersama para peri di negeri
peri setiap sorenya. Dan pimpinan peri datang menemui mereka ketika jamuan
makan malam.
“Anak-anak
dan juga orangtua Angel, rasa terima kasih tak bosan-bosannya kami sampaikan karena
telah menyelamatkan kami dan menjaga tempat ini. Tapi kami tidak dibolehkan
berlama-lama bertemu dengan manusia. Terpaksa kami harus pergi mencari tempat lain,
karena rumah kami harus dirahasiakan.”
Angel
dan Lenka menunduk sedih.
“Tapi kalian jangan khawatir.
Kalian akan kami hadiahi boneka peri masing masing satu. Dan bila kalian rindu
kalian bisa berbicara dan kami pasti mendengar dan siap membantu.”
Hari itu sekaligus hari perpisahan
buat mereka. Tapi mereka tetap bahagia, masih bisa berbicara dengan dunia peri.
Peri cantik selalu di hati mereka dan setiap waktu selalu mendengarkan cerita
nyata dari mereka.