Malam yang mendebarkan, suasana
yang kelam membungkus perasaan Kee untuk berani melangkah. Kee awalnya
mengurung niatnya untuk keluar malam itu. Angin yang begitu kencang tak bisa
menjadi alasan untuk menghentikan langkahnya ke toko kue tempatnya bekerja.
Tapi untuk pergi kesana yang memakan waktu selama setengah jam Kee merasa
was-was. Pesan singkat yang diterimanya beberapa hari ini adalah penyebabnya.
Tulisan tangan dari seseorang yang tidak diketahui identitasnya itu berisikan
ancaman akan membunuhnya.
Sebelum
berangkat ia mempersiapkan diri dengan pakaian penyamaran dan berharap ini akan
berhasil. Tapi muncul keraguan.
“Bagaimana kalau
orang misterius itu sudah mengintai rumahnya sedari tadi? Pasti mereka akan
mengenali sosoknya,” gumamnya. Tapi sedikit banyak ini akan membuatnya merasa
sedikit aman.
Dengan tarikan
nafas panjang, ia menarik gagang pintu dengan pelan. Cowok berkacamata ini
memperhatikan di sekelilingnya kalau-kalau ada yang mencurigakan. Penyamaran dengan kacamata tebal dan kumis,
tidak lupa dengan janggut. Ia kemudian
berbalik. Ada sesuatu yang ia tinggalkan. Jam yang baru dia temukan di ruang
bawah tanah rumahnya. Meskipun ia belum mengetahui apa manfaat dari jam itu.
Kakinya melangkah
cepat menuju kamar tempat jam itu di letakkan. Ia lalu memakai jam tangan yang
baru saja di ambil. Ketika kembali melangkah keluar, teringat lagi akan
sesuatu. Tongkat yang tadi ia pegang ketinggalan. Ini dibawa untuk berjaga
kalau-kalau orang misterius itu muncul tiba-tiba. Tongkat itu mungkin bisa
membantunya.
Tubuh
jangkungnya tidak jelas lagi setelah ia menggunakan jaket hitam dan sebelumnya badannya
dilapisi dengan beberapa kain agar tampak gemuk. Kembali ia melangkah cepat
menuju toko kue. Angkutan umum yang sejatinya jarang lewat membuat kecemasannya
meningkat. Sambil menunggu bus, ia terus melangkah untuk melihat kemungkinan
adanya mobil di halte depan. Sesampai disana ternyata ia tidak menemukan satu
mobil sama sekali. Oh Tuhan, mobil mana? Ia kembali menarik nafas panjang dan
memperhatikan di sekelilingnya. Ada seorang pria bertubuh tegap mendekatinya.
“Mau
kemana kau nak,” sapanya tegas
“Saya
mau ke toko kue, tempat saya bekerja,” balas kee curiga. Dengan penampilannya
yang seperti bapak-bapak ini masih saja ada yang memanggilnya ‘nak’. Apa penyamaranku tampak jelas? Bathinnya.
“Ada
orang yang mengintaimu sedari tadi, waspadalah,” dia mengingatkan
Kee langsung
tertegun, bagaikan tersambar petir ia terpaku mendengar ucapan bapak tadi. Rasa
ingin taunyapun muncul
“Maaf, kalau
boleh tau bapak siapa?” hati-hati ia bertanya
“Nanti kau juga
akan tau,”balasnya pendek.
Kee masih tampak
bingung, namun tidak melanjutkan pertanyaannya.
“Gunakan jam itu
bila sesuatu mengancammu,” bapak itu memperingatkannya.
“Tapi pak, saya
tidak tau cara menggunakannya,” ucap Kee bingung.
Letakkan telapak
tanganmu pada jam itu bila sudah terasa berat langsung arahkan pada lawanmu.”
Petunjuk bapak itu sambil berlalu.
“Tapi Pak,,”
belum selesai Kee bicara bapak itu telah menghilang dikerumunan malam.
Tiba-tiba angin
semakin kencang. Topi yang dikenakan Kee melayang terbawa angin. Di tengah
angin kencang itu munculah sosok yang tidak ia kenal. Lelaki berjubah merah
dengan topeng abstrak yang menempel di wajahnya. Tiba-tiba melayang sebuah paku-paku ke arah Kee.
Kee langsung menghindar. Pria berjubah merah itu semakin mendekat ke arah Kee dan
seketika satu pukulan hebat melayang ke wajah Kee. Kee mencoba melawan dengan
memberrikan serangan namun kemampuannya yang tidak mendukung dalam beladiri
membuat upaya itu hanya sia- sia. Lagi-lagi satu tendangan melayang ke perut Kee
bersamaan dengan pukulan kedua di wajah. Hidung kee berdarah. Ia merintih dan
terjatuh.
Seketika muncul
ingatan tentang pesan bapak yang tadi ia jumpai. Ia mempraktekan perintah bapak
itu dan seketika keluar gelombang putih dari tangannya. Lelaki berjubah merah itu terpingkal, salah
satu tangannya terbalut dengan kapas, hampir menyerupai kepempong. Ia mengambil
pedang dengan tangan satunya dan membuang kapas yang melekat di tangannya.
Paku-paku kembali ia lemparkan ke arah Kee. Kee sedikit terlambat menghindar
sehingga satu paku tertancap di tangan kanannya. Kee hilang kesabaran, ia
kumpulkan seluruh tenaga. Tapi kali ini energi itu ia arahkan ke salah satu
pohon sehingga ranting pohon itu menghantam tangan lelaki berjubah merah, pedang
yang ada di tangannyapun terlempar. Inilah kesempatan Kee untuk bertindak. Ia
kumpulkan lagi seluruh tenaganya dan energi itu di arahkan ke lawannya.
Seketika lawannya takluk dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena lelaki
berjubah merah itu sudah terbungkus bagai kepompong.
Bapak tua itu
kembali dan melangkah ke kepompong. Ia membawa kepompong itu mendekati Kee.
“Terimakasih Nak,
kamu sudah membantuku membekuk musuh kakekmu ini. Lawan kamu ini adalah
Abstrokus. Mungkin kakekmu pernah bercerita tentang dia. Sekarang kamu sudah
aman. Dan serahkan jam itu,”
“Tapi anda
siapa?”
“Lemparkan saja
jam itu, kalau waktunya melesat, maka musibah aka datang menghantam bumi.”
Akupun bingung
harus bertindak apa. Seketika aku lempar jam tanganku ke arahnya.
“Akan kulempar
pada bulan. Bertepatan dengan bulan purnama dan pukul 00:00, kita hancurkan
seluruh energi negatif di bumi ini. “
Duarrrr….., ledakan
cahaya membuat Abstrokus dan bapak tadi hancur seperti cahaya yang memijar. Suasana
kembali seperti semula, luka di tangan Kee pun lenyap seketika.
Pikiran Kee
masih di bungkus kebingunngan. Jika lawannya itu adalah Abstrokus, lelaki
berwajah abstrak yang pernah diceritakan kakek. Berarti bapak yang memberi
petunjuk itu adalah adiknya kakek yang sudah lama terkurung dalam dimensi
waktu. Dan aku tidak tau sama sekali tindakan beliau yang barusan akan membawa
beliau kekal ke dimensi cahaya. Beliau mau merelakan dirinya berpindah ke
dimensi cahaya untuk selamanya. Ya Tuhan, kenapa aku tidak mencegahnya sama
sekali?
Kee berusaha
menyimpan penyesalannya di hati. Dalam penyesalan ia tetap masuk kerja.
Ternyata teman seprofesi dengannya merasa khawatir dengan keterlambatan Kee.
Kee hanya menyimpan kejadiannya tadi. Karena bila ia menceritakan tidak akan
ada yang percaya akan hal itu.