Formulir Kontak

 

Cerpen Superhiro; Kee ‘Cottonman’ (Manusia Kapas)



Malam yang mendebarkan, suasana yang kelam membungkus perasaan Kee untuk berani melangkah. Kee awalnya mengurung niatnya untuk keluar malam itu. Angin yang begitu kencang tak bisa menjadi alasan untuk menghentikan langkahnya ke toko kue tempatnya bekerja. Tapi untuk pergi kesana yang memakan waktu selama setengah jam Kee merasa was-was. Pesan singkat yang diterimanya beberapa hari ini adalah penyebabnya. Tulisan tangan dari seseorang yang tidak diketahui identitasnya itu berisikan ancaman akan membunuhnya.
Sebelum berangkat ia mempersiapkan diri dengan pakaian penyamaran dan berharap ini akan berhasil. Tapi muncul keraguan.
“Bagaimana kalau orang misterius itu sudah mengintai rumahnya sedari tadi? Pasti mereka akan mengenali sosoknya,” gumamnya. Tapi sedikit banyak ini akan membuatnya merasa sedikit aman.
Dengan tarikan nafas panjang, ia menarik gagang pintu dengan pelan. Cowok berkacamata ini memperhatikan di sekelilingnya kalau-kalau ada yang mencurigakan.  Penyamaran dengan kacamata tebal dan kumis, tidak lupa dengan  janggut. Ia kemudian berbalik. Ada sesuatu yang ia tinggalkan. Jam yang baru dia temukan di ruang bawah tanah rumahnya. Meskipun ia belum mengetahui apa manfaat dari jam itu.
Kakinya melangkah cepat menuju kamar tempat jam itu di letakkan. Ia lalu memakai jam tangan yang baru saja di ambil. Ketika kembali melangkah keluar, teringat lagi akan sesuatu. Tongkat yang tadi ia pegang ketinggalan. Ini dibawa untuk berjaga kalau-kalau orang misterius itu muncul tiba-tiba. Tongkat itu mungkin bisa membantunya.
            Tubuh jangkungnya tidak jelas lagi setelah ia menggunakan jaket hitam dan sebelumnya badannya dilapisi dengan beberapa kain agar tampak gemuk. Kembali ia melangkah cepat menuju toko kue. Angkutan umum yang sejatinya jarang lewat membuat kecemasannya meningkat. Sambil menunggu bus, ia terus melangkah untuk melihat kemungkinan adanya mobil di halte depan. Sesampai disana ternyata ia tidak menemukan satu mobil sama sekali.  Oh Tuhan, mobil mana? Ia kembali menarik nafas panjang dan memperhatikan di sekelilingnya. Ada seorang pria bertubuh tegap mendekatinya.
            “Mau kemana kau nak,” sapanya tegas
            “Saya mau ke toko kue, tempat saya bekerja,” balas kee curiga. Dengan penampilannya yang seperti bapak-bapak ini masih saja ada yang memanggilnya ‘nak’. Apa penyamaranku tampak jelas? Bathinnya.
            “Ada orang yang mengintaimu sedari tadi, waspadalah,” dia mengingatkan
Kee langsung tertegun, bagaikan tersambar petir ia terpaku mendengar ucapan bapak tadi. Rasa ingin taunyapun muncul
“Maaf, kalau boleh tau bapak siapa?” hati-hati ia bertanya
“Nanti kau juga akan tau,”balasnya pendek.
Kee masih tampak bingung, namun tidak melanjutkan pertanyaannya.
“Gunakan jam itu bila sesuatu mengancammu,” bapak itu memperingatkannya.
“Tapi pak, saya tidak tau cara menggunakannya,” ucap Kee bingung.
Letakkan telapak tanganmu pada jam itu bila sudah terasa berat langsung arahkan pada lawanmu.” Petunjuk bapak itu sambil berlalu.
“Tapi Pak,,” belum selesai Kee bicara bapak itu telah menghilang dikerumunan malam.
Tiba-tiba angin semakin kencang. Topi yang dikenakan Kee melayang terbawa angin. Di tengah angin kencang itu munculah sosok yang tidak ia kenal. Lelaki berjubah merah dengan topeng abstrak yang menempel di wajahnya.  Tiba-tiba melayang sebuah paku-paku ke arah Kee. Kee langsung menghindar. Pria berjubah merah itu semakin mendekat ke arah Kee dan seketika satu pukulan hebat melayang ke wajah Kee. Kee mencoba melawan dengan memberrikan serangan namun kemampuannya yang tidak mendukung dalam beladiri membuat upaya itu hanya sia- sia. Lagi-lagi satu tendangan melayang ke perut Kee bersamaan dengan pukulan kedua di wajah. Hidung kee berdarah. Ia merintih dan terjatuh.
Seketika muncul ingatan tentang pesan bapak yang tadi ia jumpai. Ia mempraktekan perintah bapak itu dan seketika keluar gelombang putih dari tangannya.  Lelaki berjubah merah itu terpingkal, salah satu tangannya terbalut dengan kapas, hampir menyerupai kepempong. Ia mengambil pedang dengan tangan satunya dan membuang kapas yang melekat di tangannya. Paku-paku kembali ia lemparkan ke arah Kee. Kee sedikit terlambat menghindar sehingga satu paku tertancap di tangan kanannya. Kee hilang kesabaran, ia kumpulkan seluruh tenaga. Tapi kali ini energi itu ia arahkan ke salah satu pohon sehingga ranting pohon itu menghantam tangan lelaki berjubah merah, pedang yang ada di tangannyapun terlempar. Inilah kesempatan Kee untuk bertindak. Ia kumpulkan lagi seluruh tenaganya dan energi itu di arahkan ke lawannya. Seketika lawannya takluk dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena lelaki berjubah merah itu sudah terbungkus bagai kepompong.
Bapak tua itu kembali dan melangkah ke kepompong. Ia membawa kepompong itu mendekati Kee.  
“Terimakasih Nak, kamu sudah membantuku membekuk musuh kakekmu ini. Lawan kamu ini adalah Abstrokus. Mungkin kakekmu pernah bercerita tentang dia. Sekarang kamu sudah aman. Dan serahkan jam itu,”
“Tapi anda siapa?”
“Lemparkan saja jam itu, kalau waktunya melesat, maka musibah aka datang menghantam bumi.”
Akupun bingung harus bertindak apa. Seketika aku lempar jam tanganku ke arahnya.
“Akan kulempar pada bulan. Bertepatan dengan bulan purnama dan pukul 00:00, kita hancurkan seluruh energi negatif di bumi ini. “
Duarrrr….., ledakan cahaya membuat Abstrokus dan bapak tadi hancur seperti cahaya yang memijar. Suasana kembali seperti semula, luka di tangan Kee pun lenyap seketika.
Pikiran Kee masih di bungkus kebingunngan. Jika lawannya itu adalah Abstrokus, lelaki berwajah abstrak yang pernah diceritakan kakek. Berarti bapak yang memberi petunjuk itu adalah adiknya kakek yang sudah lama terkurung dalam dimensi waktu. Dan aku tidak tau sama sekali tindakan beliau yang barusan akan membawa beliau kekal ke dimensi cahaya. Beliau mau merelakan dirinya berpindah ke dimensi cahaya untuk selamanya. Ya Tuhan, kenapa aku tidak mencegahnya sama sekali?
Kee berusaha menyimpan penyesalannya di hati. Dalam penyesalan ia tetap masuk kerja. Ternyata teman seprofesi dengannya merasa khawatir dengan keterlambatan Kee. Kee hanya menyimpan kejadiannya tadi. Karena bila ia menceritakan tidak akan ada yang percaya akan hal itu.

Total comment

Author

Triana Irsyad

0   komentar

Posting Komentar

Cancel Reply