Formulir Kontak

 

Puisi Berbagai Tema



Air Meninggalkan Pesan

air yang basah, menenggelamkan, entah menyuburkan
berdirilah kau bersama dinginnya di sana
bening mengalir dan tenang, menghanyutkan
diam-diam merendam rumah-rumah kalian
melepas dahaga dan penat kita di pinggir kali dan kota
dan menjadikan kita ricik-ricik di dalamnya

tetes yang berkeloni menjadikannya segala rupa
kita saksikan ia mati, kita dampingi ia hidup
kita jadikan telaga sampah, bau-bau di sela udara
perutnya penuh sampah
ia mendampingi kita untuk menyegerakan mati
sebab racun bersemayam di perutnya,
kemarin kita telah meracuninya terang-terangan

air tempat kita bercermin
dalam bening yang ia miliki
tempat tumbuh dan dewasa dan untuk anak cucu kita

dia menjelma sebagai hujan
adakah semua mendengar?
nyanyiannya yang datang sering mengaduh
“jagalah aku, jangan terbuang sia-sia”
hingga bumi lelah berputar, meninggalkan pesan dan kesan
air meninggalkan pesan 
Bogor, 14 Maret 2015


Muka Lusuh

Inilah wajah baru kita
Ada yang lusuh dan ada yang segar
Kalaulah sesepuh tahu
Bisa jadi kita diasingkan ke negeri lain
Kalaulah guru kita tahu
Malu kita menghadap wajah
Inilah muka baru kita
Dan kita tidak bisa lagi berpura-pura
Bogor, 15 Maret 2015


Keadilan

siapa yang tau tentang keadilan?
keadilan bersyarat atau syarat berkeadilan?
siapa yang hafal isi pancasila, sila ke-5 ?
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
atau digubah menjadi “keadilan sosial bagi sebagian rakyat indonesia”
sedang siang dan malam menjadi pembeda keduanya
hingga mengantarkan pada kepercayaan terhadap waktu
sedang ia sekalipun belum mendengar,
akan tiba tanya meragukan pada apa yang dulu pernah diceritakan pada buyutmu
Bogor, 15 Maret 2015


Alam

kalaulah angin terbirit-birit menyampaikan pesan untuk merpati yang melintasi semesta
siapakah yang akan tergopoh-gopoh menangkap pesan singkatnya
seperti tak ada orang
sepi dan jauh dari keributan malam
diam-diam ada yang menyebut nama tuhan
bibirnya gemetar, “adakah tuhan mendengar nyanyianku tadi siang?”
tuhan selalu mendengar, barangkali kita tidak sadar
Bogor, 15 Maret 2015

Total comment

Author

Triana Irsyad

0   komentar

Posting Komentar

Cancel Reply