Formulir Kontak

 

Puisi Cinta untuk Kerinci, Jambi



Puisi Cinta untuk Kerinci

Kata Tuan kemarin siang pergi ke gunung, menikmati alam nan syahdu,
pulang-pulang Tuan menangis
Apakah kabar sendu yang Tuan terima?
Tuan, paham cerita tentangnya?

Tuan menangis karena hutannya habis
Kita tiada pernah menanam sebelumnya, mereka tak pernah minta ditanam
Mereka paru-paru kita

Siapa yang tau kenapa Tuhan menitipkan hamparan hijau ini di tanah surgamu?
Adakah yang diam-diam mencari tau?
Sebatas menumpang dan bersenang-senang
Siapa yang tau kenapa Tuhan melukis gunung di kehidupanmu?
Kita dipadukan oleh semesta

Perjalanan hidup menjelajahi alam tempat kita dipercaya tinggal
Kita tidak pernah tunggal
Punya keunikan rupa

Kita diperkaya dengan pinggang-pinggang kebun teh sejuta pesona,
Menjaga dan melestarikan hingga usia kita tiada
Untuk mereka, anak cucu kita

Hijau, sejuk nan mempesona
kita belajar tentang dinginnya udara dan warna hamparan
Sebab itulah kita mengerti dan paham tentang hidup yang pernah Ia janjikan

Angin, sebarkan rasa syukur yang kusampaikan pada Tuhan
Agar semesta mendengar eloknya Kerinci di hatimu, di hati kita

11 Maret 2015




Surga Alam Kerinci
Oleh: Tri Oktiana Irsyad

Izinkan aku berlama-lama bersamamu
Biar tulisanku penuh tentangmu
Izinkan aku menjelajahi alammu
Biar kuceritakan pada teman-temanku
Tentang surga yang dititipkan Tuhan untuk kita

Ada surga di waktu-waktu yang kita lewati
Antara dulu, kemarin dan sekarang
Di luar sana banyak yang bertanya-tanya, adakah tempatku kembali menata ruang
Sedang dunia semakin hari semakin gersang
Dan yang menjawab hanya segelintir orang
Padahal di sini terlihat jelas bukan?

Untuk Kerinciku
terfikirkan tentang hidup di masa mendatang
Tentang hutan kita yang dulu diperanakkan
Ia ajarkan bagaimana cara berterima kasih
Arti cinta pada dunia yang kadang kita lupa membawa hutan kita untuk siapa

Ada yang menimang-nimang, alamku esok dan sekarang
Kurasa tadi pagi ada koloni pejuang untuk kita memiliki hidup yang lebih panjang
Bau pohon yang selalu kuhirup setiap pagi
Ada gigil yang kuhirup pagi ini
Musim yang beri waktu-waktu luang untuk dikenang
Kita saling menimang-nimang
Ada yang meramal tentang Kerinciku berpuluh-puluh tahun yang akan datang
Sudahkah kita bertanya apa yang mereka inginkan?
generasi penerus seperti halnya yang kita tau

10 Maret 2015






Total comment

Author

Triana Irsyad

0   komentar

Posting Komentar

Cancel Reply